Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 08 Juni 2025 | 22:55 WIB
Ilustrasi cilok. (Twitter)

SuaraJogja.id - Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menyoroti kebiasaan masyarakat khususnya anak-anak yang gemar mengonsumsi jajanan cilok.

Menurut Mantan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) itu, terlalu sering mengonsumsi cilok tidak baik kebutuhan gizi anak.

"Kalau ada anak-anak atau balita sering makan cilok tanpa asupan protein hewani, itu tidak bagus," kata Hasto beberapa waktu lalu.

Disampaikan Hasto, kunci untuk mencegah stunting adalah asupan protein hewani yang kaya akan Omega-3. Hal itu penting untuk meningkatkan kecerdasan otak anak.

Baca Juga: Titik Terang Nasib Juru Parkir Malioboro: Relokasi ke Menara Kopi, Gratis Dua Tahun

Makanan yang dapat dikonsumsi seperti telur dan ikan jenis apapun. Termasuk asupan bagi ibu hamil sejak anak masih dalam kandungan.

"Bukan dilarang [makan cilok], tapi harus dipahami agar mengutamakan yang pokok, yaitu nasi dan lauk protein hewani agar kebutuhan gizi tercukupi," ucapnya.

Orang tua diminta untuk memperhatikan betul apa yang dikonsumsi anak-anak.

Agar asupan gizi tercukupi dan mendukung tumbuh kembang anak dengan baik.

"Kalau makanan selingan atau jajannya itu kandungan gizinya kurang lebih sama dengan nasi, nanti makanan utama pendamping nasi yaitu lauk protein hewani akan terlewatkan," tuturnya.

Baca Juga: ABA Dibongkar, Pemkot Jogja Manfaatkan Lahan Tidur untuk Relokasi Pedagang ke Batikan

Sebagai alternatif, Hasto bilang ada beberapa jajanan misalnya risoles, lemper, lumpia hingga arem-arem. Jajanan-jajanan itu disebut memiliki kandungan gizi lebih banyak ketimbang cilok.

"Kalau bicara makanan selingan itu banyak yang lebih bergizi. Misalnya risoles, isinya lengkap ada karbohidrat, sayur, telur. Kemudian arem-arem isi sayur dan daging, lemper isi abon, itu mengandung protein hewani," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Sukidi menuturkan bahwa kandungan 100 gram cilok setara dengan 100 gram nasi.

Namun cilok hanya mengandung sekitar 2,42 gram protein sementara nasi lebih tinggi yaitu 3 gram.

"Anak usia 7-12 tahun kebutuhan proteinnya 40 sampai 55 gram, untuk lemak 55 hingga 65 gram. Sementara pada 100 gram cilok hanya mengandung 1,31 gram. Kandungan karbohidrat pada cilok 43,05 gram lebih tinggi dari nasi yaitu 39,80 gram," ungkap Sukidi.

Adapun Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pertanian dan Pangan melakukan pengawasan keamanan pangan dengan menguji kandungan gizi 16 macam jajanan di sekolah dari 21 lokasi. Salah satunya jajanan cilok.

Selain cilok dan jajanan yang banyak dikonsumsi anak-anak juga akan dilakukan uji laboratorium kandungan pada saus yang digunakan.

Kondisi Jajanan Anak Sekolah

Masih banyak jajanan dengan warna mencolok, kandungan pengawet, micin, minyak, gula tinggi, dan banyak gorengan/a la street food di dalam dan sekitar lingkungan sekolah.

Pedagang kaki lima (keliling gerbang sekolah) menjadi perhatian khusus karena sering tidak terkontrol meskipun di dalam kan­tin sudah ada pengawasan oleh Unit Kesehatan Sekolah (UKS).

Pedagang kaki lima (keliling gerbang sekolah) menjadi perhatian khusus karena sering tidak terkontrol meskipun di dalam kan­tin sudah ada pengawasan oleh Unit Kesehatan Sekolah (UKS).

Inisiatif Peningkatan Gizi

Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Inisiatif pemerintah pusat yang disambut positif oleh beberapa SMP di Kota Jogja, meskipun implementasi teknis masih dalam tahap perujukan data dan uji coba.

Program "Warung Anak Sehat" (WAS): Kolaborasi Sarihusada dengan sekolah melatih 100 penjual kantin untuk menyediakan jajanan sehat berbasis lokal.

Sekolah aktif mengedukasi orang tua melalui kelompok kelas/grup komunikasi agar lebih peduli terhadap gizi anaknya di rumah dan saat jajan.

Orang tua dituntut proaktif mengawasi jajanan anak dengan melibatkan sekolah dalam dialog dan pengawasan secara rutin.

Load More