"Peristiwa seperti ini penting untuk dicermati oleh investor retail. Mereka harus memahami bahwa volatilitas merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari investasi kripto. Namun, koreksi dalam seperti saat ini tidak selalu menjadi ancaman. Bagi investor berpengalaman, situasi seperti ini justru bisa menjadi peluang untuk masuk dengan harga yang lebih menarik," ujar Antony.
Di sisi lain, JPMorgan memproyeksikan bahwa harga minyak berpotensi melonjak hingga $130 per barel apabila Iran menutup jalur Selat Hormuz yang menjadi salah satu jalur utama distribusi minyak dunia.
Lonjakan harga minyak ini dikhawatirkan akan mendorong inflasi Amerika Serikat kembali mendekati 5 persen, yang berpotensi mempengaruhi arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan.
Kekhawatiran ini mendorong para investor untuk menarik dana dari aset berisiko tinggi seperti kripto dan mengalihkan investasinya ke instrumen yang dianggap lebih aman.
Akibatnya, pasar kripto mendapatkan tekanan jual yang cukup besar.
Sejak peristiwa halving Bitcoin pada April 2024, pasar kripto sebenarnya masih berada dalam fase tren naik yang secara historis berlangsung selama 12 hingga 18 bulan pasca-halving.
Antony meyakini bahwa peluang Bitcoin untuk kembali menguat masih terbuka lebar.
"Meskipun tekanan saat ini terasa berat, fundamental Bitcoin tetap kokoh, terutama dengan suplai yang terbatas dan meningkatnya penerimaan dari investor institusi. Tekanan harga seperti ini merupakan bagian dari fluktuasi jangka pendek yang wajar dalam siklus pasar kripto," ungkap Antony.
Sebagai bagian dari industri, Indodax terus berkomitmen memberikan edukasi dan meningkatkan transparansi bagi para penggunanya agar mampu membuat keputusan investasi yang tepat di tengah dinamika pasar yang tidak menentu.
"Kami juga selalu berkoordinasi dengan regulator untuk memastikan bahwa seluruh transaksi aset kripto di Indonesia berlangsung secara aman, legal, dan diawasi dengan baik," tutup Antony.
Dalam sejarahnya, Bitcoin telah beberapa kali mengalami koreksi besar dan mampu bangkit kembali dalam fase berikutnya.
Investor jangka panjang yang memahami nilai fundamental teknologi blockchain dan kelangkaan suplai Bitcoin diperkirakan akan tetap bertahan dan memanfaatkan kondisi seperti ini.
Melihat situasi geopolitik yang masih berkembang serta potensi perubahan kebijakan suku bunga Amerika Serikat dalam beberapa bulan ke depan, para investor disarankan untuk tetap waspada dan tidak panik dalam mengambil keputusan.
Meskipun Bitcoin sempat menyentuh level di bawah $99.000, peluang pemulihan harga masih terbuka.
Saat ini adalah momen yang menuntut kewaspadaan, strategi yang matang, dan pemahaman jangka panjang dalam berinvestasi di aset kripto.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Lebih dari Sekadar Rekor Dunia, Yogyakarta Ubah Budaya Lewat Aksi 10 Ribu Penabung Sampah
-
Wisata Premium di Kotabaru Dimulai! Pasar Raya Padmanaba Jadi Langkah Awal Kebangkitan Kawasan
-
Gunung Merapi Muntahkan Dua Kali Awan Panas dan Ratusan Lava Sepekan Terakhir
-
Geger SPBU Gito Gati Dicurigai Jual Pertamax Tercampur Solar, Pertamina Angkat Bicara
-
'Jangan Main-main dengan Hukum!' Sultan HB X Geram Korupsi Seret Dua Mantan Pejabat di Sleman