Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 28 Agustus 2025 | 19:06 WIB
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Cahya Purnama. [Hiskia/Suarajogja]

"Bukan karena kita meracuni gurunya, nggak ada. Kita nggak ada racun di situ," tegasnya.

"Kita berpikiran positif bahwa nggak ada masalah sebenarnya program pemerintah ini. Cuma nanti di situ baik nggak? Setelah itu ketahuan seperti itu, baru nanti disebar ke siswa," tambahnya.

Disampaikan Cahya bahwa tes organoleptik adalah metode tercepat yang bisa dilakukan di lapangan.

Sementara uji laboratorium terhadap kuman atau bakteri membutuhkan waktu hingga 10 hari, sehingga tidak mungkin diterapkan untuk konsumsi harian.

"Kalau nanti yang diminta itu adalah tes kuman, itu nggak bisa secepat itu karena butuh waktu 10 hari. Misalnya makanan ini datang, ambil satu ompreng. Tes dulu ada ecoli atau nggak, itu nanti 10 hari baru dimakan. Sudah jelas malah keluar jamurnya," pungkasnya.

Berdasarkan data Dinkes Sleman, total ada 135 siswa dan dua guru SMPN 3 Berbah yang mengalami gejala keracunan.

"Berdasarkan jumlah itu 2 orang dirawat jalan di Puskesmas, kemudian ada 1 orang yang dikirim ke rumah sakit tapi ternyata ringan. Sedangkan 66 orang lainnya diobati oleh Puskesmas di sekolahnya," ujar dia.

Load More