- Pakar UGM Mada Sukmajati sarankan Presiden Prabowo tidak memilih Menko Polhukam dari militer/polisi.
- Pemilihan figur non-sipil dikhawatirkan mengorbankan supremasi sipil di tengah isu politik panas.
- Reshuffle kabinet dinilai sebagai respons atas masalah ekonomi dan politik, tapi belum final.
SuaraJogja.id - Perombakan atau reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto pekan lalu masih menyisakan teka-teki besar. Dua kursi strategis, yakni Menteri Koordinator Bidang Politik, dan Keamanan (Menko Polkam) dan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), hingga kini masih kosong.
Namun, sorotan paling tajam mengarah pada suksesi di Kemenko Polhukam.
Di tengah ketidakpastian ini, nama-nama kandidat kuat mulai beredar deras di publik. Sejumlah figur dengan latar belakang militer seperti Letjen (Purn.) Djamari Chaniago disebut-sebut masuk dalam bursa.
Di sisi lain, muncul pula nama sipil yang berpengalaman di posisi tersebut, Mahfud MD, yang juga pernah menjabat Menko Polhukam di era Presiden Joko Widodo.
Kekosongan jabatan yang ditinggalkan Budi Gunawan ini kini dijabat sementara oleh Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, yang juga berlatar belakang militer.
Situasi ini memantik analisis kritis dari kalangan akademisi mengenai arah politik dan keamanan negara ke depan.
Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Mada Sukmajati, memberikan peringatan keras kepada Presiden Prabowo agar berhati-hati dalam memilih figur definitif untuk posisi Menko Polkam.
Menurutnya, memilih sosok dari kalangan militer atau polisi aktif maupun purnawirawan bukanlah pilihan yang bijak di tengah situasi politik saat ini.
Mada menyoroti pentingnya posisi ini diisi oleh figur dari kelompok sipil yang kompeten, aktif, dan mampu merespons isu-isu keamanan terkini secara komprehensif.
Apalagi, publik tengah dihantui berbagai rumor dan dinamika politik yang memanas, mulai dari isu kebobolan intelijen negara hingga sorotan terhadap kualitas institusi Polri dan TNI.
"Jadi mungkin salah satu kriterianya adalah bahwa tidak cukup responsif jika Pak Prabowo memilih Menko Polkam yang definitif nanti dari tentara atau Polri," kata Mada saat dihubungi pada Rabu (17/9/2025).
Ia menegaskan bahwa penunjukan figur non-sipil justru dapat memperkuat kekhawatiran publik yang lebih dalam.
"Ini kaitannya dengan kekhawatiran politik tentang adanya situasi darurat militer atau supremasi sipil yang kemudian dikorbankan dan seterusnya," imbuhnya.
Reshuffle di Tengah Gejolak Ekonomi dan Politik
Secara umum, Mada melihat bahwa reshuffle ini merupakan respons Presiden Prabowo terhadap dua masalah fundamental yang mendera Indonesia belakangan ini: kondisi ekonomi yang menantang dan stabilitas politik yang bergejolak.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
Terkini
-
Paku Buwono XIII Wafat: Prosesi Pemakaman Raja di Imogiri Akan Digelar dengan Adat Sakral
-
Sleman Darurat Stunting: 4 Kecamatan Ini Jadi Sorotan Utama di 2025
-
3 Link Saldo DANA Gratis Langsung Cair, Buruan Klaim DANA Kaget Sekarang
-
Dibalik Keindahan Batik Giriloyo: Ancaman Bahan Kimia dan Solusi Para Perempuan Pembatik
-
Target PAD Bantul di Ujung Mata: Strategi Jitu Siasati Pengurangan Dana Transfer Pusat Terungkap