- Kasus keracunan di DIY menjadi kritikan Raja Keraton Jogja
- Raja yang juga sebagai Gubernur DIY juga mengingatkan jangan memberikan tanggungjawab ke bukan ahlinya
- Penyimpanan dan pengelolaan makanan mentah harus dijaga
SuaraJogja.id - Gubernur DIY, Sri Sultan HB X kembali bersuara terkait carut marutnya pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah pusat.
Dalam pandangannya, masalah utama program ini bukan hanya pada jumlah porsi yang mencapai ribuan per hari, melainkan pada siapa yang mengelola dapur-dapur besar itu dan seberapa paham mereka soal keamanan pangan.
Hal itu penting mengingat kasus keracunan massal akibat MBG masih saja terus terjadi.
Di Yogyakarta, ribuan siswa jadi korban keracunan MBG yang dibuat dapur-dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
"Masalahnya, di pejabat banyak yang tidak pernah masak, tidak pernah ke dapur. Disuruh ngurusi [MBG], ora ngerti. Sayur bisa layu, daging bisa biru, berarti sudah beracun. Orang yang ngerti tidak perlu dokter untuk tahu itu," papar Sultan dikutip Jumat (24/10/2025).
Menurut Sultan, pengelolaan MBG tidak bisa diserahkan kepada pihak yang tidak memiliki kompetensi di bidang kuliner skala besar.
Ia mencontohkan, penyediaan 2.000 hingga 3.000 porsi makanan bukanlah hal sederhana.
Terlebih jika penyediaan makan porsi besar itu dilakukan oleh masyarakat yang biasa memasak untuk keluarga, bukan untuk ribuan orang.
Mereka tidak memiliki fasilitas atau sumber daya manusia yang memadai.
Baca Juga: Makan Bergizi Gratis Diteruskan Meski Ratusan Siswa Keracunan, DIY Beri Pelatihan Penjamah Makanan
"Kalau masaknya banyak, sampai 2 ribu porsi hanya oleh satu kelompok, yang namanya keracunan pasti akan terjadi. Kalau satu porsi daging 100 gram, untuk 2 ribu porsi berarti butuh 200 kilogram. Kalau tidak punya freezer, ditaruh di meja dua hari, warnanya bukan merah tapi kebiruan. Dimakan bisa bikin keracunan," tandasnya.
Sultan menyebut, distribusi tanggung jawab MBG mestinya perlu dipecah menjadi unit-unit kecil.
Hal itu penting agar lebih realistis dan aman.
"Dua ribu itu paket [menu], tapi dibagi subpaket. Kalau satu unitnya 50 porsi berarti ada 40 dapur. Gampangnya, jam 4.30 pagi sudah bangun, masak untuk 50 porsi. Kalau 100 porsi, ya jam 2 pagi sudah masak. Kalau dimakan jam 10, sayurnya pasti layu," ungkapnya.
Selain soal manajemen dapur, Sultan juga memperingatkan dampak ekonomi dari besarnya volume bahan pangan yang dibutuhkan MBG.
Menurutnya, lonjakan permintaan bahan pokok seperti daging, ayam, sayur, dan telur berpotensi mendorong kenaikan harga di pasar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Ingatkan Warga Waspada Cuaca Ekstrem, BPBD Yogya Soroti Kerentanan Kawasan Wisata
-
Berawal dari Bosan Menu Sarapan, Nada Menemukan Jalan Usaha Lewat Sushi Pagi
-
10 Tahun Pakai Biogas, Warga Sleman Tak Khawatir Jika LPG Langka atau Mahal
-
Teras BRI Kapal, Perbankan Terapung bagi Masyarakat di Wilayah Pesisir dan Kepulauan
-
Lika-liku Jembatan Kewek yang Rawan Roboh, Larangan Bus, dan Kemacetan hingga Stasiun Tugu