- Priyo Sanyoto (68) adalah satu-satunya penjual kaset pita dan CD lawas di Pasar Beringharjo sejak mulai berjualan tahun 1988.
- Penjualan kaset mencapai puncak pertengahan 1990-2000, kini pembeli utamanya adalah kolektor musik dari luar kota.
- Meskipun keuntungan menurun drastis, Priyo tetap merawat kaset agar siap putar sebagai penanda perjalanan hidupnya.
SuaraJogja.id - Di tengah hiruk-pikuk Pasar Beringharjo, Yogyakarta yang kini didominasi busana dan cendera mata, sebuah lapak kecil berisi kaset pita dan CD lawas masih kokoh bertahan.
Ia adalah Priyo Sanyoto (68), sosok yang puluhan tahun setia merawat musik dari pita magnetik. Meski zaman terus bergerak dan makin berjarak dari medium tersebut.
Priyo bukan pedagang baru di sana. Ia sudah mulai berjualan kaset sejak 1988. Kala itu musik analog masih berjaya dan kaset menjadi barang primer bagi penikmat lagu.
Awalnya lapak mungil Priyo ada di kawasan depan Mirota Batik yang sekarang Hamzah Batik. Ia akhirnya pindah ke Beringharjo pada 2012 sebab tak lagi diizinkan berjualan di lokasi lama.
"Saya jualan dari tahun 1988, di depan Mirota itu, dulu saya jualnya di sana," kata Priyo ditemui di lapaknya, Selasa (16/12/2025).
Ia bercerita, dulu penjual kaset di Beringharjo masih berjumlah puluhan orang. Namun dari masa ke masa, lapak-lapak kaset itu terus menyusut.
Peminat yang beralih media dalam menikmati lagu, perkembangan zaman pula yang kini sebagian besar telah beralih profesi. Kini rekan sejawat Priyo yang dulu, lebih memilih menjual kaos.
"Tinggal saya sendiri, alih profesi (yang lain) ada yang jual kaos, banyaknya jual kaos," ujarnya.
Buruan Kolektor
Baca Juga: 2 Juta Wisatawan Diprediksi Banjiri Kota Yogyakarta, Kridosono Disiapkan Jadi Opsi Parkir Darurat
Masa keemasan penjualan kaset disampaikan Priyo terjadi pada medio 1990 hingga 2000. Setelah itu, kehadiran CD, disusul MP3 hingga ponsel pintar, perlahan menggerus pasar kaset pita.
Musik menjadi semakin mudah diakses tetapi justru membuat kaset kehilangan tempat di keseharian masyarakat.
"Ada CD, hp, mulai mp3, hilang semua ini, kalah ini (kaset pita)," tuturnya.
Kini, pembeli yang datang ke lapaknya bukan lagi pendengar biasa atau masyarakat umum melainkan kolektor musik lawas.
Lagu-lagu rock klasik dari band Inggris seperti The Beatles, Rolling Stones, hingga Queen masih menjadi buruan utama. Priyo menyebut, kaset dengan judul umum sudah hampir tak dicari, sementara rilisan langka justru dicari hingga luar kota.
"Biasanya kolektor yang cari, lagunya yang susah-susah, kalau enggak kolektor enggak mungkin cari," ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Bantuan dari BRI Telah Jangkau Lebih dari 70 Ribu Masyarakat Terdampak di Sumatera
-
Korupsi Bupati Sleman, Kuasa Hukum Tegaskan Peran Raudi Akmal Sesuai Tugas Konstitusional DPRD
-
Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Sleman Tutup Usia
-
5 Armada Bus Jakarta-Jogja Murah Meriah untuk Libur Sekolah Akhir Tahun 2025
-
Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang