Enceh atau tempayan raksasa tersebut dulunya merupakan tempat untuk wudhu Sultan Agung. Sampai sekarang empat tempayan tersebut sengaja dilestarikan karena dianggap enceh tersebut sebagai sesuatu yang agak sakral sehingga ditempatkan di Kompleks Makam Raja-Raja Imogiri.
"Kami sendiri memperingati atau Nguras Enceh setahun sekali yaitu setiap bulan Suro hari Jumat Kliwon kalau nggak ada Jumat Kliwon ya Selasa Kliwon setiap tahunnya,"paparnya.
Hastoningrat menyebutkan setidaknya ada empat enceh di mana yang milik Keraton Yogyakarta berada di sisi barat sementara yang milik Keraton Surakarta berada di sisi Timur. Dua enceh yang berada di sisi Barat merupakan pemberian dari Raja Palembang dan Aceh. Sementara enceh yang ada di sisi Timur atau milik Keraton Surakarta berasal dari Thailand dan Istanbul Turki.
Dia sendiri tidak mengetahui, sejak kapan tepatnya enceh-enceh tersebut diberikan kepada Keraton ngayogyakarta Hadiningrat ataupun Keraton Solo.
Baca Juga:Ini Penjelasan Peneliti UGM Terkait Longsor di Makam Raja Imogiri
Hanya saja empat enceh tersebut sudah ada sejak zaman Sultan Agung memerintah. Dulunya enceh tersebut merupakan hadiah atau souvenir yang diberikan oleh raja-raja sahabat Sultan Agung sebagai tempat wudhu.
"Untuk Nguras Enceh ini tidak ada simbol apa-apa tetapi mulai dari dulu setiap tahun pasti dikuras ganti dengan air yang gampang yang dicampur dengan air dari sini. Kami sendiri cuma melestarikan yang sudah-sudah," tambahnya.
Terkait dengan warga yang rela mengantri mendapatkan air, menurutnya adalah keyakinan masing-masing karena warga percaya air Enceh tersebut membawa berkah dengan membuat keinginan mereka terkabul.
"Itu kepercayaan warga masing-masing. Tetapi kita tidak pernah menganjurkan, karena kalau menganjurkan itu syirik namanya," katanya.
Seorang Warga Wukirsari Imogiri, Muslimah (54) yang hadir dalam prosesi tersebut mengaku rela meninggalkan pekerjaannya sebagai buruh batik untuk mengantre sejak pagi mengantri agar mendapatkan air enceh tersebut.
Baca Juga:Makam Raja Imogiri Yogyakarta Longsor, Warga Mengungsi
Sejak kecil, setiap tahun ia selalu datang ke tempat tersebut untuk mendapatkan air.