Kasus DBD di Sleman Tinggi, Banyak Rumah Kosong Diduga Jadi Penyebabnya

Kasus DBD di Depok salah stau yang paling tinggi dibanding kecamatan lainnya di Kabupaten Sleman.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Kamis, 12 Desember 2019 | 09:41 WIB
Kasus DBD di Sleman Tinggi, Banyak Rumah Kosong Diduga Jadi Penyebabnya
Positif terinfeksi demam berdarah. (Shutterstock)

SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyebutkan, jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD), terhitung hingga November 2019, mencapai 692 kasus; satu pasien di antaranya meninggal dunia.

Dalam catatan tersebut, sejumlah kecamatan dengan kasus DBD terbanyak adalah Depok, Gamping, dan Mlati.

Kepala Dinkes Sleman Joko Hastaryo mengatakan, tingginya jumlah kasus di Kecamatan Depok dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, sehingga, menurut dia, wajar bila ada pasien yang diketahui positif DBD dan Kecamatan Depok menjadi lokasi penderita DBD terbanyak se-Sleman.

"Selain itu, PSN [pemberantasan sarang nyamuk] yang tidak optimal. Banyak rumah yang tidak ditempati, itu menjadi penyebab," kata dia, dihubungi SuaraJogja.id pada Kamis (12/12/2019).

Baca Juga:Jujur, Kendall Jenner Sebut Siapa Orangtua Terbaik di Keluarga Kardashian

Namun demikian ia mengakui, agak sulit membedakan asal nyamuk Aedes Aegypti yang menyerang warga Sleman itu, apakah berasal dari Sleman atau luar Sleman, dengan kata lain, bisa saja pasien digigit saat tak berada di Sleman, tetapi diagnosis DBD di rumah sakit Sleman.

"Karena aktivitas orang Sleman juga tidak hanya terpusat di Sleman. Dia juga bekerja di luar Sleman. Sehingga kalau ada yang positif [DBD], kami lakukan penyelidikan di tempat dia tinggal atau aktivitas," kata dia.

Untuk mencegah meningkatnya kasus DBD yang saat ini memasuki 'siklus 4 tahunan' di Sleman, maka Dinkes mengeluar surat edaran yang berisikan imbauan menggalakkan jumantik dan optimalisasi PSN di tingkat masyarakat. Tujuannya untuk memutus rantai penularan DBD.

Sementara itu, kala ditanyai perihal proyek penyebaran nyamuk Wolbachia di salah satu desa di Kecamatan Gamping, Joko tak menampik bahwa program itu cukup efektif dalam mengurangi kasus DBD. Hanya saja, sebagai proyek riset pencontohan, uji dan penerapannya belum dilakukan di tempat lain.

"Harus ada uji, setelah itu dilaporkan ke Kementerian Kesehatan. Hasilnya seperti ini, seperti itu, baru Kemenkes uji di beberapa wilayah. Harus ada tahapan seperti itu," kata dia.

Baca Juga:Istri Parodikan Kuch Kuch Hota Hai, Ekspresi Malu Shah Rukh Khan Kocak!

Sementara itu, ditemui di kediamannya, seorang warga Sambilegi, Kecamatan Depok, Lintang Lestari, mengatakan, sosialisasi pencegahan DBD di tempat tinggalnya selalu berisi penegasan untuk menggalakkan 3M.

"Selain itu, juga disuruh mengagendakan bersih-bersih lingkungan rumah. Musim hujan sudah mulai datang," kata dia.

Nova menyebut, salah satu upaya konkret yang ia lakukan untuk mengantisipasi tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti adalah dengan mencegah adanya botol-botol kosong di luar rumah.

"Biar tidak menampung air hujan," tuturnya.

Kontributor : Uli Febriarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak