Stok Kosong, Pedagang di Bantul Kesulitan Redam Kenaikan Harga Gula Pasir

Stok gula di gudang Bulog kosong.

Galih Priatmojo
Kamis, 20 Februari 2020 | 16:31 WIB
Stok Kosong, Pedagang di Bantul Kesulitan Redam Kenaikan Harga Gula Pasir
Ilustrasi gula pasir. (Shutterstock)

SuaraJogja.id - Harga gula pasir di pasar tradisional baik di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul menembus level di atas Rp15.000 per kilogram. Kondisi ini sudah berlangsung hampir dua bulan semenjak awal tahun 2020 yang lalu. 

Kosongnya persediaan karena berhentinya produksi beberapa pabrik gula di tanah air hingga mengakibatkan pasokan gula pasir mengalami kendala. Di gudang bulog pun mengalami kekosongan akibat ketiadaan pasokan dari pabrik gula.

Fajar salah satu pedagang di pasar Argosari Wonosari, Gunungkidul menuturkan harga gula terus mengalami kenaikan di awal tahun 2020 ini. Sebelumnya di level pedagang harga gula pasir hanya berkisar antara Rp11.000 hingga Rp12.000 per kilogram. Namun sejak awal tahun 2020 harga gula pasir perlahan-lahan mengalami kenaikan.

"Dari Rp 12 ribu naik ke Rp 13 ribu terus sekarang justru Rp.15 ribu," tutur Fajar, Kamis (20/2/2020) di pasar Argosari Wonosari.

Baca Juga:Pejabat AU di Bantul Kemalingan

Kondisi ini tentu memberatkan dirinya sebagai pedagang dan juga memberatkan konsumen. Sebab sejak gula mengalami kenaikan terus menerus tersebut penjualan gula pasir juga tergerus. Konsumen memilih mengurangi pembelian mereka karena harganya cukup tinggi.

Pembeli yang datang ke rumahnya sebagian besar merupakan pedagang rumahan. Mereka juga menurunkan pembelian karena konon pembelian dari masyarakat juga berkurang. Kemungkinan besar karena adanya kenaikan harga yang cukup tinggi sehingga memilih mengurangi konsumsi gula pasir.

"Iya dari masyarakat juga berkurang pembeliannya," tambahnya.

Trisnawati, pemilik toko kelontong di Desa Putat Kecamatan Patuk mengaku kini tak berani menyimpan gula pasir dengan jumlah besar di tokonya. Jika biasanya ia membeli satu kuintal gula pasir untuk dua minggu, kini ia hanya membeli gula per 10 kilogram. Ia khawatir ketika membeli gula dalam jumlah banyak tiba-tiba mengalami penurunan.

"Sekarang jual 10 kilogram saja agak lambat. Masyarakat memilih beli gula sedikit, kalau biasanya beli 1 kini hanya 0,5 kilo saja," ungkapnya.

Baca Juga:Minta Ayam dan Perkedel, Wanita Tipu Katering di Bantul Pakai Alamat Palsu

Di pasar Ngangkruksari, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, kondisi yang sama juga terjadi. Harga gula pasir telah menembus level di atas Rp15.000 perkilogramnya sejak awal bulan ini. Lonjakan harga tersebut juga mengakibatkan adanya penurunan penjualan karena konsumsi masyarakat berkurang.

"Dari sini jualnya sudah Rp15 ribu perkilogramnya. Belum tahu kalau di warung-warung rumahan, bisa mencapai Rp16 ribu sampai Rp17 ribu perkilonya," tutur Suparti.

Sementara itu, stok gula di Gudang Bulog Divisi Regional DIY mengalami kekosongan. Dalam dua minggu terakhir, tak ada stok gula pasir di gudang mereka. 

Kepala Bulog Divre DIY, Juaheni mengungkapkan akhir Januari 2020 lalu, stok di Gudang Bulog masih ada 70 ton gula pasir. Namun setelah didistribusikan ke Rumah pangan Kita (RPK), kini terjadi kekosongan stok gula pasir. Dirinya mengaku kesulitan mencari pasokan gula pasir.

"Saya cari ke mana-mana ndak ada. Kemarin juga saya cari ke Lampung tetapi tidak kebagian. kondisi ini juga terjadi secara nasional di mana di Gudang Bulog tidak ada,"paparnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak