Fibri (30), kakak siswi kelas 8B SMPN 1 Turi Sleman berinisial FA (14), mengatakan kegiatan susur sungai tidak memiliki persiapan dan tidak ada permohonan izin ke orang tua siswa.
Fibri mengatakan, Susur Sungai Sempor juga dilakukan tanpa ada izin kepala dukuh setempat.
"Padahal sudah diingatkan warga, enggak usah nyemplung, tapi ya namanya anak-anak, bagaimana sih, kalau disuruh pembinanya kan ya nurut-nurut aja," jelasnya.
Begitu sampai di Sungai Sempor, terang Fibri, murid laki-laki kelas 8 turun terlebih dahulu, diikuti para murid perempuan, yang berbaris di belakangnya.
Baca Juga:Kwarda DIY Sebut Susur Sungai SMP 1 Turi Lalai, Kepsek: Mereka Tidak Matur
Lalu, anak-anak laki-laki yang di depan merasakan tingginya air sungai. Untuk itu, mereka memperingatkan teman-temannya yang lain supaya naik lagi menjauh dari sungai.
"Yang cowok pada turun duluan, terus merasa kok airnya meninggi, jadi mereka inisiatif memberi tahu yang lain buat tidak usah lanjut dan menepi dari sungai. Di adik saya sudah sebetis, rok pramukanya jadi basah," ungkap Fibri.
Namun, karena sudah telanjur, akhirnya air makin deras, dan para siswa berusaha saling menyelamatkan dengan berpegangan pada akar pohon atau batu di dekatnya.
Pasalnya, tak ada perangkat pengamanan juga yang disediakan pihak sekolah dalam kegiatan susur sungai yang mendadak di cuaca yang tak bersahabat itu.
Akibatnya, sejumlah siswa terluka, dan ada pula yang terbawa arus Sungai Sempor yang deras kala itu.
Baca Juga:Jadi TKP Susur Sungai SMP 1 Turi, Sempor Jadi Tontonan Warga