SuaraJogja.id - Hujan abu mengguyur sejumlah wilayah di sekitar Gunung Merapi pascaerupsi, Selasa (3/3/2020) pukul 5.22 WIB. Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah sisi tenggara salah satunya.
Sukarelawan Jaringan Informasi Lingkar Merapi (Jalin Merapi), Mujianto, mengatakan bahwa erupsi tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 450 detik. Tinggi kolom erupsi sekitar 6.000 meter, atau 6 kilometer, dari puncak.
Arah angin saat erupsi berembus ke utara. Namun begitu, dia menyampaikan, saat ini kondisi di lereng gunung api tersebut masih baik-baik saja.
"Kondisi saat ini baik-baik saja. Hanya ada sedikit hujan abu di Boyolali bagian tenggara. Erupsi terjadi pukul 05.20 WIB, kemudian pukul 06.30 WIB terjadi hujan abu. Warga masih biasa saja, tidak ada kepanikan," kata dia, dihubungi solopos.com -- jaringan SuaraJogja.id, Selasa.
Baca Juga:Update Corona Covid-19: 90.441 Total Kasus Infeksi, Korban Meninggal 3.119
Mujianto menerangkan, warga di lereng Gunung Merapi sudah terlatih dan memahami karakter Gunung Merapi. Ia menambahkan, erupsi yang terjadi pada Selasa pagi itu statusnya cukup besar dibandingkan sebelumnya.
"Kalau melihat beberapa erupsi terakhir pasca-2018, yang menaikkan status ke waspada itu, ini juga lumayan ada kenaikan, tapi status saat ini masih waspada, sejak 21 Mei 2018," kata dia.
Berdasarkan informasi yang dia dapatkan, desa-desa yang terdampak hujan abu di antaranya Gobumi dan Cluntang, Kecamatan Musuk; Kecamatan Tamansari; dan Dukuh Pedut, Desa Wonodoyo, Kecamatan Cepogo.
Kasi Pelayanan Masyarakat dan SDM PMI Boyolali Slamet Martono juga membenarkan adanya hujan abu yang terjadi di beberapa wilayah di sekitar Gunung Merapi pada Selasa pagi. PMI juga telah membagikan sejumlah masker pada para sukarelawan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat Palang Merah Indonesia (Sibat PMI) di Sonodoyo, Cluntang, dan Lencoh.
"Hujan abu tipis, tapi campur pasir. Masker kami tempatkan di posko sukarelawan Sibat," terangnya.
Baca Juga:Angkasa Pura II Tak Terima Disebut Lakukan Pengawasan Corona Ala Kadarnya
Saat ini masayrakat masih beraktivitas seperti biasa, sesuai imbauan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Kendati demikian, para sukarelawan tetap melakukan pemantauan untuk langkah kesiapsiagaan.