SuaraJogja.id - Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) dikejutkan dengan rencana renovasi gedung Gelanggang UGM, yang biasa menjadi tempat beraktivitas mereka. Sosialisasi yang dirasa kurang dan pengosongan lokasi yang dinilai terlalu cepat mendapat protes dari penghuni gelanggang yang notabene adalah mahasiswa. Coretan berupa kalimat sindiran pun memenuhi dinding-dinding Gelanggang UGM.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan UGM Jagal Wiseso Marseno menerangkan bahwa renovasi ini merupakan bentuk upgrade yang dilakukan kampus untuk fasilitas yang mereka miliki.
"Renovasi ya prinsipnya kan spiritnya, UGM itu kan harus meng-upgrade entah itu yang sifatnya konten, nilai-nilai, maupun yang sifatnya fisik. Semuanya setuju baik pembina dan mahasiswanya. Hanya saja, dalam implementasinya perlu penyusunan yang bertahap dengan sosialisasi yang intens," kata Jagal, ditemui saat pengecekan gedung Gelanggang UGM, Rabu (29/4/2020).
Jagal mengungkapkan bahwa permintaan renovasi datang dari pemerintah, sehingga pihaknya mengatakan, tetap mengikuti arahan negara.
Baca Juga:Masuk Jatim, Ribuan Kendaraan Pemudik dari Jakarta Disuruh Pulang Lagi
"Karena sifatnya itu terkait dengan Jakarta, pemberian dana adalah dari negara, sehingga mereka meminta cepat dan membuat kami yang di bawah kepontol-pontol [terburu-buru] karena seolah cepat, akhirnya tak ada komunikasi dan lahirlah ini [protes mahasiswa]. Karena situasi seperti ini [pandemi Covid-19] kok ada pindahan, ini juga bukan kehendak kami," kata dia.
Jagal melanjutkan, pemberi dana sudah menghitung perencanaan pembangunan, mulai dari pagu anggaran, pencarian tender, dan persiapan pembangunan.
"Ada proses pembangunannya, sebenarnya pengosongan [Gelanggang UGM] dilakukan pada 27 April lalu. Sudah kami bicarakan dengan pihak-pihak yang bersangkutan," terangnya.
Renovasi sendiri nantinya akan menyasar lokasi Menwa, Gelanggang UGM, hingga gedung PKKH. Ia mengatakan, pembangunan rencananya dimulai tahun ini, sehingga pada 2021 bisa digunakan.
"Nanti dirubuhkan. Namun beberapa lokasi yang memiliki nilai sejarah akan kami pertahankan. Paling tidak dimulainya [pembangunan] 2020 ini. Mungkin 2021 sudah bisa digunakan, harapannya seperti itu," kata Jagal.
Baca Juga:Mantan Istri Sirajuddin Pernah Buatkan Baju untuk Zaskia Gotik
Penanggung Jawab Gelanggang Bergerak Iqbal Tuwasikal menyoroti soal waktu pengosongan Gelanggang.
"Isu utamanya bukan pada renovasi, tapi pada waktu pengosongan Gelanggang dan rencana dilanjut dengan perubuhan atau pembongkaran, kok dilakukan di masa pandemi seperti ini?" kata Iqbal melalui pesan singkat.
Iqbal menambahkan, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) diperintahkan membongkar sebelum 28 April 2020. Mahasiswa harus memindahkan semua barang, dojo tempat latihan, ring basket, juga papan panjat sebelum waktu yang ditetapkan.
"Pimpinan UGM itu mengabaikan protokol Covid-19, baik penjagaan jarak dan juga pembatasan aktivitas di lingkungan UGM. Alasannya karena mengikuti timeline proyek pembangunan dari Kementerian PUPR. Sekali lagi ini soal timing, moment, soal leadership dan sense of crisis pimpinan UGM," katanya.
Ia mengungkapkan, gelanggang yang juga digunakan sebagai posko Covid-19 ikut terganggu. Pasalnya, beberapa aliran listrik dipadamkan.
"Begini, di saat yang sama ada posko gelanggang bergerak yang juga jadi bagian dari Satgas Covid-19 UGM. Hingga kini masih beroperasi mendistribusikan bantuan. Tapi posko [dan orangnya] dianggap tidak ada. Aliran listrik di area yang tidak dipakai dipreteli, router internet dibongkar, pompa air dibedol, meja kursi yang dipakai tim posko diangkut," keluhnya.
Dirinya berharap, pihak kampus dapat memperhatikan mahasiswa yang masih memanfaatkan gelanggang untuk kegiatan bantuan di tengah pandemi ini.
Sebelumnya diberitakan, mahasiswa UGM kembali melayangkan protes terhadap kampusnya lantaran diduga terlalu cepat memutuskan untuk melakukan pengosongan Gelanggang UGM. Mereka menulis sejumlah kalimat sindiran yang ditujukan kepada pimpinan UGM.