- APAR menjadi penting untuk setiap instansi pemerintahan
- BPBD Bantul menggalakkan pentingnya APAR dan penggunaannya
- Rata-rata kebakaran di Bantul terjadi karena korsleting listrik
SuaraJogja.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, terus gencar melakukan sosialisasi pentingnya penggunaan alat pemadam api ringan (Apar) di kantor kecamatan maupun desa/kelurahan.
Kepala Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) BPBD Bantul, Irawan Kurnianto, menjelaskan bahwa meski tahun ini kecamatan dan kelurahan belum menjadi sasaran inspeksi, pihaknya tetap menyampaikan imbauan dan edukasi terkait pentingnya Apar di setiap kesempatan.
Menurutnya, Apar sebagai alat portabel untuk memadamkan api kecil sebaiknya dipasang di setiap ruangan dan ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau.
Hal ini bertujuan agar penanganan awal bisa dilakukan dengan cepat saat terjadi kebakaran.
Baca Juga:BREAKING NEWS!: Massa Aksi Demo di Polda DIY Ricuh, Terlihat Kobaran Api dan Asap Mengepul
"Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Biaya membeli Apar jauh lebih murah dibandingkan kerugian memperbaiki bangunan dan isi gedung yang terbakar," jelasnya, Minggu (21/9/2025).
Irawan menambahkan, kejadian kebakaran akibat korsleting listrik di Kecamatan Kasihan beberapa waktu lalu menjadi pengingat pentingnya Apar di setiap instansi, termasuk kantor kecamatan.
Selain itu, BPBD Bantul juga memberikan pelatihan penanganan kebakaran bagi kelurahan dengan membentuk relawan pemadam kebakaran (Redkar). ]
Hingga 2025, tercatat sudah ada 37 kelurahan yang memiliki Redkar, dan jumlah tersebut akan terus bertambah hingga mencakup 75 kelurahan.
Data BPBD Bantul menunjukkan, hingga pertengahan September 2025 terdapat 140 kasus kebakaran.
Baca Juga:Magma Kaya Potasium: Ancaman Kaldera Tersembunyi? UGM Teliti Evolusi Gunung Api di Indonesia
Objek yang terbakar meliputi rumah, jaringan listrik, tempat usaha, pabrik, kendaraan, lahan, kandang, rumpun bambu, hingga fasilitas lainnya.
Adapun penyebab kebakaran mayoritas berasal dari korsleting listrik, kelalaian dalam aktivitas pembakaran sampah maupun barang bekas, kebocoran gas, serta beberapa kasus dengan penyebab yang belum diketahui.
"Kebakaran terakhir yang kami tangani terjadi di wilayah Kecamatan Kasihan," pungkasnya.