Soroti Soal Fenomena Bucin, Ini Pesan Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir

Haedar minta mencintai tak perlu berlebihan.

Galih Priatmojo
Kamis, 07 Mei 2020 | 11:37 WIB
Soroti Soal Fenomena Bucin, Ini Pesan Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. (Suara.com/Putu).

SuaraJogja.id - Istilah bucin yang merupakan akronim dari budak cinta belakangan cukup familiar terucap. Ungkapan bucin muncul untuk menyebut tindakan irasional yang dilakukan seseorang terhadap pasangannya sebagai bentuk rasa cintanya.

Istilah yang kerap terucap di era anak kekinian tersebut nyatanya juga jadi perhatian Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. Hal ini seperti diulas lewat kicaunnya di Twitter.

Lewat ulasan bertajuk memilih jadi bucin atau mencintai orangtua, Haedar mengawali kicauannya dengan sebuah renungan tentang seberapa besar cintamu terhadap orangtuamu yang melahirkan dan membesarkan.

"Anda mencintai orangtua? Setiap orang baik tentu sayang dan kasih terhadap sosok yang melahirkan dan mengurus sampai dewasa. Dialah ibu dan bapak kita tercinta. Ibu bahkan harus bersusah payah selama sembilan bulan sampai bertaruh nyawa. Hingga Nabi mengajarkan agar cintailah ibumu, ibumu, ibumu," tulisnya.

Baca Juga:Soroti Sikap Bermedsos, Haedar Nashir: Hidupkan Hati di Bulan Ramadan

Ia menyebut cinta orangtua terhadap anak-anaknya itu tak ternilai. Sebab hampir seluruh perhatian dan kasih sayangnya dicurahkan sepenuhnya kepada sang anak hingga dewasa.

Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir memberikan ulasan soal bucin. [@HaedarNs / Twitter]
Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir memberikan ulasan soal bucin. [@HaedarNs / Twitter]

"Cinta keduanya melampaui luasnya samudra. Meski ortu kita ada yang terbatas secara lahiriah tetapi cintanya kepada anak tiada terbatas. Tiada yang tidak diberikan orangtua untuk anaknya, hatta ketika sang anak sudah cukup dewasa. Pengorbanan ortu sungguh melintas batas cakrawala," ujarnya.

Lebih jauh, Haedar kemudian mengingatkan, anak sudah semestinya juga memberikan balasan yang serupa kepada cinta kasih yang diberikan orangtuanya. Dan, jangan justru sebaliknya.

"Namun tak jarang ada anak kurang atau tidak bisa berbuat baik kepada orangtuanya. karena satu dan sekian sebab. Alih-alih mencintai ortu dengan tulus hati, malah ada yang lebih mencintai orang lain yang (baru) dikenalnya hanya karena rasa suka berlebihan," terangnya.

"Apapun yang diminta diberikan sampai harus melampaui kewajaran. Jadilah bucin, kata anak muda. Budak cinta, di mana dirinya diperbudak cinta yang tidak semestinya. Cinta yang berinduk pada hawa nafsu bagai ibu dari semua berhala, kata Jalaluddin Rumi. Bahkan ada yang lebih tragis. Seperti kisah muram si Malin Kundang yang durhaka kepada ibunya. Lalu dihukum menjadi batu. Kisah untuk peringatan," tegasnya.

Baca Juga:Haedar Nashir Dorong Pemerintah Buat Kebijakan Nasional Karantina Wilayah

Ia pun meminta untuk mencintai sesiapapun dengan sewajarnya. Karena itu merupakan bagian untuk memperbaiki jalan hidup.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini