Kisah Tukang Gali Kubur Sembuh dari Covid-19 Hingga Disambut Haru Tetangga

Sunardi terpapar setelah sebelumnya sempat menguburkan salah satu PDP.

Galih Priatmojo
Rabu, 13 Mei 2020 | 18:15 WIB
Kisah Tukang Gali Kubur Sembuh dari Covid-19 Hingga Disambut Haru Tetangga
(Instagram/ndorobeii)

SuaraJogja.id - Video isak tangis warga menyambut kepulangan pasien positif Covid-19 viral di media sosial. Setelah ditelusuri, suasana haru penyambutan kepulangan pasien positif Covid-19 yang telah dinyatakan sembuh tersebut berasal dari Padukuhan Tawarsari, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari. Pria yang mendapat sambutan tersebut yakni Sunardi.

Selasa (12/05/2020) pagi kemarin, Sunardi diperbolehkan pulang oleh medis karena dua kali hasil swabnya menyatakan negatif. Dari RSUD Wonosari, ia diantar menuju balai Desa Wonosari yang kebetulan jaraknya hanya sekitar 1 kilometer (km). Suasana haru pun tampak ketika Sunardi disambut tangisan oleh sebagian warga dan perangkat desa setempat.

"Alhamdulillah, saya berterimakasih kepada semua warga di Tawarsari yang telah mendukung saya dan keluarga melewati ujian ini. Saya mohon maaf karena telah tertular penyakit ini," tutur Nardi, Rabu (13/5/2020) ketika dihubungi nomor pribadinya.

Sunardi dinyatakan terpapar setelah kontak dengan pasien positif Covid-19 di Padukuhan Gadungsari Desa Wonosari. Saat itu ia ikut memakamkan pasien PDP di Gadungsari tersebut. Dan dari empat orang yang membantu memasukkan jenazah PDP ke liang kubur, Sunardi adalah warga Tawarsari yang dinyatakan reaktif dalam rapid test hingga akhirnya benar-benar positif karena hasil swabnya juga positif.

Baca Juga:Ratusan Jemaah Tablig dan Pendatang Akan Ikut Rapid Test Massal Gunungkidul

"Satu setengah bulan yang lalu, saya bersama lima orang kawan lainnya diminta tolong untuk menguburkan jenazah warga Gadungsari. Karena sudah tugas saya, ya berangkat," kisahnya.

Awalnya ia tidak mengetahui jika jenazah tersebut berstatus PDP dalam kasus Covid-19. Ia baru mengetahui jika jenazah tersebut merupakan pasien dalam pengawasan (PDP) setelah dirinya dinyatakan positif. Saat itu, ia bersama kawan-kawannya seperti biasa memakamkan jenazah tanpa pelindung apapun.

Pasalnya dari pihak rumah sakit tidak memberikan keterangan apapun kecuali sakit biasa. Terlebih, sebelum dimakamkan oleh Sunardi dan kawan-kawannya, jenazah tersebut telah dimandikan dan dikafani sendiri oleh pihak keluarga, bukan dari rumah sakit yang sebelumnya menangani.

"Lha itu jenazah yang memandikan juga keluarganya. Kalau tahu seperti itu (PDP Covid-19) tentu kami tidak berani menguburkan jenazah tanpa Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai. Harusnya dari rumah sakit sudah ada petunjuk jadi kami juga dilindungi," ujar Nardi.

Usai menguburkan jenazah, perasaannya hanya biasa-biasa saja. tak ada kekhawatiran apapun karena ia juga merasa sehat dan tidak mengeluhkan sakit. Ia kaget karena sebulan sejak penguburan jenazah tersebut, ia mendapat panggilan untuk datang ke Kantor Kelurahan Wonosari untuk menjalani rapid test bersama kedua anak dan istrinya.

Baca Juga:Tembak Kadus di Gunungkidul, Pelaku Ngaku Dapat Bisikan Gaib

"Saya sama anak sulung yang masih kelas 6 SD dinyatakan reaktif dalam rapid test. Waktu itu ada 6 orang ketika penguburan, dan yang reaktif hanya saya. Setelah itu kami dijemput ke RSUD Saptosari untuk isolasi. 5 hari saya di sana bersama anak saya," ceritanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak