Presiden CLS FH UGM, Aditya Halimawan menjelaskan, dibatalkannya kegiatan itu merupakan kesepakatan antara pembicara dan penyelenggara.
Ia tidak menampik, pembatalan juga disebabkan kondisi dan situasi yang tidak kondusif.
Meski begitu, teror dan ancaman lantas mulai berdatangan kepada penyelenggara diskusi dan nama-nama yang tercantum di dalam poster kegiatan, seperti pembicara, moderator, serta narahubung.
Bentuk dari teror tersebut seperti pengiriman pemesanan ojek online ke kediaman, teks ancaman pembunuhan, telepon hingga adanya beberapa orang yang mendatangi kediaman mereka. Teror dan ancaman ini bahkan berlanjut hingga tanggal 29 Mei 2020.
Baca Juga:Satu Keluarga di Tambora Diisolasi di Lantai 2, Warga Masih Bisa ke Musala