Cerita Seteru Sri Sultan dan Mendiang Mbah Maridjan, Sang 'Penjaga' Merapi

Dia bukan Sultan. Dia hanya seorang gubernur, tutur Maridjan.

M Nurhadi
Senin, 22 Juni 2020 | 08:23 WIB
Cerita Seteru Sri Sultan dan Mendiang Mbah Maridjan, Sang 'Penjaga' Merapi
(Youtube/Jogja Archive)

Mbah Maridjan juga menyebut dirinya hanya mau 'turun gunung' jika mendapat perintah dari Sultan yang ia akui, yaitu Hamengku Buwono IX—ayah dari Hamengku Buwono X.

Menurut Mbah Maridjan, Hamengku Buwono IX sangatlah dicintai rakyat. Dia pulalah yang menunjuk Maridjan sebagai juru kunci Merapi. Itu sebabnya, Marijan sangat menghormati sosok tersebut.

“Saya pengikut Sultan kesembilan. Dialah pemimpin di keraton terakhir kali saya berkunjung,” ujar Mbah MAridjan suatu ketika.

Mbah Maridjan bukanlah satu-satunya pihak yang sinis terhadap berbagai kebijakan yang diambil Sultan Hamengku Buwono X. Belakangan, kabarnya tidak sedikit warga yang merasa bahwa Sultan telah mengubah wajah kota budaya Yogyakarta menjadi kota yang sarat pembangunan mal.

Baca Juga:20.000 Gamers Siap Jadi Bintang Terbaik di Esports Star Indonesia

Menurut Hops.id, Sultan Hamengku Buwono X juga diketahui kerap absen dalam berbagai upacara rakyat, salah satunya pada selamatan tahunan untuk dewi laut Ratu Kidul.

Meski demikian, pada letusan besar Merapi yang terjadi tahun 2006 silam, baik Mbah Maridjan maupun pihak keraton keduanya sama-sama saling bahu-membahu untuk 'menenangkan' Gunung Merapi. Beberapa staf Sultan membawa sesaji khusus yang diantar langsung ke rumah Mbah Marijan. Tak menunggu lama, esok paginya Mbah Marijan segera membawa sesajen tersebut ke atas gunung sebagai bentuk persembahan.

Berkat kerja keras Mbah Marijan dan kesediaan Sultan Hamengku Buwono X untuk mematuhi aturan adat, Gunung Merapi mau diam selama kurang lebih 3 bulan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak