SuaraJogja.id - Lewat webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020, seri 10 yang dilaksanakan pada Selasa (7/7/2020), permasalahan menyangkut tata ruang desa dan infrastruktur lingkungan permukiman dibahas secara mendalam oleh beberapa narasumber.
Salah satunya yakni pembicara dari praktisi perencanaan wilayah, Bobby Tumpal P. Lubis, yang turut bergabung memberikan pemaparan terkait pengelolaan tata ruang desa.
Menurutnya, pembangunan serta tata ruang desa telah mengalami kemajuan yang signifikan dari tahun ke tahun. Penggelontoran dana desa juga meningkat, seiring berjalannya pula pembangunan infrastruktur demi memenuhi kebutuhan masyarakat,
Namun, praktisi perencanaan wilayah tersebut menambahkan bahwasanya timbul masalah lain dari pembangunan infrastruktur secara besar-besaran. Di mana lahan pertanian kini mulai tergerus dan jumlahnya semakin sedikit.
Baca Juga:Iman Budhi Santoso: Peribahasa Nusantara Sebagai Media Belajar Kebudayaan
"Ketika survey BAPPENAS pada tahun 2012-2018, pembangungan permukiman memang tinggi tapi pemanfaatan ruang semakin berkurang. Ini tentu saja jadi pertanyaan besar untuk banyak orang," sebut Bobby.

Oleh karenanya, Bobby memaparkan betapa pentingnya merembug kembali perencanaan tata ruang desa agar nantinya pembangunan dapat terlaksana serta berfungsi dengan baik tanpa ada konflik di akhir.
"Biasanya, persiapan yang kurang matang mengenai pemanfaatan lahan sendiri kerap bermasalah di akhir. Di mana pembangunannya melalui lahan milik siapa, dan dipermasalahkan ketika proyek yang sudah direncanakan tadi sedang bertahap atau berjalan," imbuh Bobby.
Oleh karenanya, Bobby berharap perangkat desa diharapkan mampu secara demokratis bermusyawarah mematangkan perencanaan bersama masyarakat.
Namun, dalam paparannya Bobby kembali mengingatkan bahwa rencana tata ruang desa untuk pembangunan ini harus tetap menjaga kesinambungan serta kualitas lingkungan yang baik.
Baca Juga:New Normal, Sekjen Kemendesa Sebut Pentingnya Cosmopolitan Governance
"Kadang sudah dibangun, pemeliharaan menjadi persoalan berikutnya. Hasil tata ruang tadi harus bisa dipertanggungjawabkan pemeliharaanya ketika sudah jadi nanti, agar dapat diatasi ketika terjadi suatu permasalahan, sebagai contoh, jalan menuju desa diaspal agar mudah diakses, ketika jalannya berlubang harapannya warga masyarakat sudah bisa mengatasi dengan cepat tanpa adanya bantuan dari pusat," tutur Bobby.
Di akhir penyampaian materi, Bobby menyampaikan bahwa pembangunan desa, semata-mata bukan hanya berwujud bentuk saja melainkan respon kondisi sosial - ekonomi masyarakat itu sendiri.
Sekadar informasi, Webinar Seri 11 Kongres Kebudayaan Desa yang digelar pada Selasa (7/7/2020) ini merupakan bagian dari upaya mengumpulkan dan menawarkan ide tatanan Indonesia baru dari desa.
Desa sebagai satuan pemerintahan terkecil di Indonesia, dinilai perlu menjadi titik awal untuk merumuskan nilai dan tata kehidupan baru dalam bernegara dan bermasyarakat.
Webinar ini juga diharapkan bisa memberikan gagasan tentang kebijakan dan budaya antikorupsi pada pemerintah serta masyarakat desa.