SuaraJogja.id - Pembelajaran sekolah di tahun ajaran baru sudah dimulai, namun berbagai kendala masih terus membayangi penerapan kegiatan sekolah online. Keterbatasan siswa yang memiliki gawai dan tidak adanya jaringan internet yang memadai adalah persoalan yang masih belum dapat terselesaikan.
Situasi ini seperti yang tengah dihadapi oleh salah satu guru bidang studi Ekonomi di SMAN 2 Bantul, Sitaresmi. Meski letak sekolahnya berada di dearah perkotaan, namun kendala sinyal tetap tidak bisa dihindarkan.
Untuk menyiasati hal tersebut, pihaknya mempersingkat kegiatan sekolah online menjadi mulai pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB saja.
"Jadi kalau sebelumnya KBM reguler dimulai pukul 07.00- 14.00 WIB namun saat ini karena menggunakan sistem sekolah online dengan segala keterbatasannya pembelajaran hanya sampai pukul 12.00 WIB saja. Tiap satu mata pelajaran berdurasi 25 menit," ujar Sitaresmi, saat dihubungi SuaraJogja.id, Kamis (16/7/2020).
Baca Juga:Pedagang Positif Covid-19, Satu Lagi Pasar di Bantul yang Ditutup Sementara
Sitaresmi menuturkan masih ada kendala lain yang juga perlu menjadi perhatian oleh semua pihak. Kendala lain itu adalah saat ini seorang guru hanya dapat sebatas memberikan materi kepada siswanya saja, namun tidak bisa lalu mendidik sang siswa.
"Dalam sekolah online ini guru susah untuk dapat mendidik dengan maksimal. Padahal kita tahu tugas guru tidak hanya bertugas mengajar tapi juga mendidik," ungkapnya.
Senada dengan itu, Kepala SMAN 1 Jetis, Yati Utama Purwaningsih mengatakan bahwa sinyal dan ketersediaan gawai masih jadi momok terbatasnya akses siswa dalam melaksanakan sekolah online.
Dari pelaksaan sekolah online di tahun ajaran baru yang sudah mulai dilakukan ini kendala terbanyak tetap pada fakta bahwa tidak setiap siswa ataupun orang tua siswa memiliki gawai. Begitu juga dengan letak rumah tiap keluarga yang tidak pasti menyediakan sinyal provider yang kuat.
Sejauh ini Yati menyatakan pembelajaran online dilakukan dengan menggunakan google class, aplikasi whatsapp, email dan sebagainya. Namun selain dereatan aplikasi online itu pihaknya juga masih menggunakan modul, Lembar Kerja Siswa (LKJ), dan yang lainnya.
Baca Juga:KBM Daring Sekolah di Bantul Bakal Beda dari Tatap Muka, Durasi Lebih Cepat
"Pengembangan karakter terus kami laksanakan meski di tengah pandemi, seperti diantaranya ada tadarus, literasi, dan ada juga kartu pengecekan untuk mengetahui siswa benar-benar melaksanakan tugas yang diberikan selama di rumah," ucapnya.
Semantara itu dihubungi terpisah, Kepala SMAN 1 Kasihan, Sarwono, juga menuturkan dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sudah dilaksanakan menggunakan aplikasi zoom selama tiga hari, sejak Senin (13/7/2020) kemarin. Tercatat dari 288 siswa baru yang terdaftar, 4 orang di antaranya terpaksa harus datang ke sekolah karena tak memiliki fasilitas yang memadai.
"4 orang siswa baru tersebut datang ke sekolah lalu kami pinjami peralatan penunjang KBM Daring seperti laptop," tuturnya.
Selain ketersediaan alat yang digunakan untuk menunjang pembelajaran online dari rumah, kendala lain yang ada termasuk dengan ketersediaan sinyal yang terbatas karena tempat tinggal siswa cukup tersebar atau bervariasi.
Guna memperlancar sekolah online tersebut pihak sekolah juga sudah membagikan kuota kepada siswa sebanyak dua kali. Dana bantuan itu dialokasikan dari Biaya Operasional Pendidikan (BOP) untuk dibelanjakan kuota sekitar Rp50 ribu hingga Rp60 ribu sekali pembagian.
Tidak berbeda dengan beberapa sekolah yang lain, Kepala SMAN 1 Piyungan, Mujiono, mengungkapkan dari 179 siswa baru tetap melaksanakan MPLS secara virtual. Adapun kendala yang dihadapi masih berkutat pada persoalan jaringan.
"Jaringannya kadang susah mas," ujarnya.