Geliat Inovasi Bisnis Empon-empon di Kampung Jamu Saat Pandemi Covid

Para penjual jamu pun terpaksa harus menghentikan setiap kegiatannya berjualan keliling saat kampung-kampung melakukan lockdown mandiri.

Chandra Iswinarno | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 04 Agustus 2020 | 23:16 WIB
Geliat Inovasi Bisnis Empon-empon di Kampung Jamu Saat Pandemi Covid
Penjual jamu keliling di Desa Wisata Jamu Gendong Kiringan, Desa Canden, Jetis, Bantul, Selasa (4/8/2020). [Suara.com/Hiskia]

"Salah satu UKM yang tidak terdampak pandemi Covid-19 ini adalah penjual minuman tradisional, misalnya jamu-jamu herbal dan wedang uwuh," imbuhnya.

Penjualan Jamu Meningkat

Pernyataan Agus terkait UKM jamu yang tidak terdampak Pandemi Covid-19 bukan hanya isapan jempol semata. Pasalnya, jamu atau yang lebih dikenal oleh masyarakat luas sebagai empon-empon itu dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga tidak mudah terserang penyakit salah satunya Virus Corona.

Pernyataan senada juga diberikan oleh salah satu peracik jamu herbal di Desa Wisata Jamu Gendong Kiringan, Desa Canden, Jetis, Bantul, Sutrisno. Dia mengakui sempat terjadi lonjakan permintaan jamu atau empon-empon pada awal Virus Corona masuk ke Indonesia. Meskipun beberapa waktu terakhir sudah mulai menurun kembali.

Baca Juga:Banting Stir dari Driver Online, Arif Sukses dengan Angkringan Empon-empon

"Kalau mulai bulan ini sudah mulai penjualan jamu tidak seramai saat dibandingkan awal-awal pandemi Covid-19. Namun sekitar sebulan yang lalu tergolong sangat tinggi, bahkan omzetnya jika ditotal semua dari penjual jamu yang ada naik sampai dengan 500 persen," katanya.

Dijelaskan Sutrisno, di Desa Wisata Jamu yang berada di Kiringan, saat ini tercatat ada 132 orang perajin jamu. Pun sekarang muncul 40 orang sebagai generasi baru sehingga saat ini ada sekitar 90 orang yang masih aktif berjualan.

Meski penjualan jamu masih didominasi ibu-ibu penjual jamu gendong, tetapi tidak sedikit pula dari mereka yang melakukan inovasi untuk memasarkan produknya secara online.

Selain itu, mereka tidak hanya membuat jamu yang langsung dapat diminum seketika. Tetapi juga, membuat racikan bahan-bahan itu secara mentah sehingga bisa tetap awet ketika dikirim.

"Jamu gendong di sini banyak dijual ibu-ibu, tapi pesanan dari dalam kota dan luar kota seperti NTT, Jakarta, Sumatera dan lainnya tetap ada. Pesanannya juga macam-macam mulai dari jamu cair, instan, wedang uwuh dan segala macam," ungkapnya.

Baca Juga:Konsumsi Empon-Empon untuk Tangkal Corona Tak Boleh Lebih dari 8 Minggu

Sutrisno mengaku sempat merasakan harga bahan baku yang melambung tinggi beberapa bulan sebelumnya karena memang permintaan yang juga meningkat. Namun sekarang kondisi itu sudah mulai berangsur normal kembali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak