Untuk diketahui, Dusun Kiringan bisa disebut sebagai sentra jamu karena memang mayoritas dari warga yang bertempat tinggal di dusun tersebut berprofesi sebagai penjual jamu. Terlebih lagi warga perempuan yang biasanya lebih akrab dengan racik meracik jamu.
Namun, seiring dengan peningkatan jumlah pesanan dan peminat jamu dari berbagai daerah, penjual jamu pun ikut bertambah. Sama seperti yang dikatakan Sutrisno sebelumnya, bahwa ada dampak banyaknya generasi baru penjual jamu di Dusun Kiringan.
Penambahan jumlah penjualan tersebut, tidak semata-mata karena permintaan yang meningkat. Tetapi ada faktor lain di balik itu, salah satunya karena tidak sedikit juga dari warga yang sebelumnya bekerja di sebuah perusahaan atau toko terpaksa harus dirumahkan bahkan di PHK karena pandemi Covid-19.
"Awalnya mereka biasanya hanya menjualkan dagangan orang tuanya yang lebih dulu menjual jamu secara keliling kini merambah online juga. Namun lama kelamaan mereka generasi baru ini akhirnya juga ikut turun berjualan jamu keliling," kata Sudiyatmi.
Baca Juga:Banting Stir dari Driver Online, Arif Sukses dengan Angkringan Empon-empon
Bahkan, tidak hanya perempuan saja yang kali ini ikut menjual jamu. Laki-laki pun tidak malu atau sungkan ikut berkeliling menjual jamu kepada warga, karena memang terdampak Covid-19 dan juga masih ada tanggungan keluarga yang harus diberi nafkah.
Selain itu, acara hajat nikah yang masih terbatas penyelenggaraannya mengakibatkan tidak memerlukan banyak make up atau dandanan. Akhirnya, hal itu juga berdampak kepada perias pengantin yang jumlahnya cukup banyak di situ. Persoalan itu yang mengakibatkan pada akhirnya mereka beralih ke jualan jamu.
"Biasanya dibuatkan oleh orang tuanya tidak hanya perempuan sekarang laku-laki pun banyak yang ikut berkeliling. Kan ya daripada tidak bekerja sedangkan di sisi lain prospek jamu juga sedang meningkat, jadi ya kenapa tidak," ucapnya.
Dikatakan Sudiyatmi para penjual jamu biasa berkeliling mulai dari jam 06.00 pagi sampai 10.00 pagi sudah mulai pulang. Namun ada juga yang berangkat lebih siang.
Penjual jamu Dusun Kiringan juga tidak jauh-jauh dalam berkeliling menjual jamunya. Masih berada di sekitar wilayah Bantul, meskipun juga semuanya terpencar satu sama lain. Ada yang di wilayah Selarong, Krapyak, Wonosari bahkan ada yang kadang sampai Malioboro.
Baca Juga:Konsumsi Empon-Empon untuk Tangkal Corona Tak Boleh Lebih dari 8 Minggu
Senada dengan Sutrisno sebelumnya, kesulitan bahan baku pada saat awal pandemi Covid-19 juga dirasakan oleh Sudiyatmi dan pedagang jamu lainnya. Kesulitan di sini bukan dalam arti ketidakadaan bahan baku tapi lebih kepada harga yang membumbung tinggi.