Pasien Anak Positif Covid-19 di Sleman Ada Sebanyak 10 Orang, Mayoritas OTG

Pasien anak yang positif Covid-19 kebanyakan tertular pelaku perjalanan yang kemudian jadi transmisi lokal

Galih Priatmojo
Minggu, 16 Agustus 2020 | 17:05 WIB
Pasien Anak Positif Covid-19 di Sleman Ada Sebanyak 10 Orang, Mayoritas OTG
Ilustrasi Covid-19 (Unsplash/Adam Niescioruk)

SuaraJogja.id - Mayoritas pasien anak di Sleman yang terpapar COVID-19 merupakan pasien yang masuk kategori Orang Tanpa Gejala (OTG). 

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Novita Krisnaeni menyebutkan, jumlah anak terkonfirmasi positif COVID-19 di Sleman hingga sejauh ini memang tidak terlalu banyak. Kendati demikian, jumlah itu harus terus diwaspadai agar tidak bertambah.

"Di bawah 20 pasien, sekitar 10 pasien. Di antara jumlah itu, ada seorang bayi," kata dia, Minggu (16/8/2020).

Melihat kondisi itu, ia meminta kepada setiap orang tua yang memiliki anak, bisa  langsung menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19, begitu sampai di rumah sepulang dari bepergian. Tidak langsung kontak dengan anggota keluarga terlebih dahulu.

Baca Juga:Butuh untuk Belajar Anak, Bapak Asal Sleman Nekat Jambret HP di Seyegan

"Anak-anak termasuk orang-orang rentan tertular COVID-19. Jadi  pulang ke rumah langsung mandi, ganti baju dan sebagainya. Itu yang harus dipatuhi. Kalau memang orang tua dari luar kota, isolasi mandiri, harusnya seperti itu," ungkapnya.

Diminta keterangan secara terpisah, Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sleman, Shavitri Nurmala menjelaskan, untuk penanganan anak-anak atau balita positif COVID-19 asimtomatik (OTG) yang belum bisa isolasi mandiri, tetap diisolasi di rumah sakit (RS).

"[Usia] 5 tahun dan atau di atas 5 tahun bisa mandiri atau isolasi di asrama haji," ujar Evie, kala dihubungi.

Ia menjelaskan, keputusan penanganan pasien anak-anak positif COVID-19 disesuaikan oleh kondisi mereka masing-masing. Sehingga, ada yang dirawat di rumah, ada juga yang dirawat di RS.

Namun pada intinya, ada aturan dan prinsip yang berlaku. Yaitu, pasien simtomatis dirawat di RS, sedangkan pasien asimtomatis dirawat di Asrama Haji.

Baca Juga:Merasa Diintimidasi Aparat, Warga Sleman Minta Rekomendasi ke Ombudsman DIY

"Pernah ada yang dirawat di RS Akademik UGM dan RS Hermina. Sebanyak dua anak lagi diisolasi di rumah, karena ibu juga terkonfirmasi [positif COVID-19]. Satu lagi sepertinya di Asrama Haji," ucapnya.

Koordinator Kesehatan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sleman, Joko Hastaryo mengungkapkan, kasus penularan COVID-19 yang masih ia ingat yaitu kasus penularan dari orang tua, kepada satu orang anaknya. Karena dari perjalanan luar kota.

"Menulari anak dan istrinya, anak-anak ini OTG. Kami tetap sediakan tempat untuk isolasi, namun keluarga bisa meyakinkan gugus tugas, maka bisa dilakukan isolasi mandiri," ujarnya.

Pola penularan COVID-19 masih sama dari banyak kasus sebelumnya, namun saat ini terbanyak berasal dari adanya kontak erat.

"Sumber awalnya dari pelaku perjalanan. Kemudian baru terjadi transmisi lokal," terangnya.

Dari hasil pantauan proses isolasi, rerata tingkat kesembuhan pasien terjadi lima sampai enam hari. Sedangkan dari Kemenkes, kesembuhan dicapai setelah isolasi selama 10 hari.

"Di RS juga prinsipnya seperti itu, ditambah 3 hari dari hilangnya gejala. Hari ke-7 periksa Swab, tambah 3 hari, dibolehkan pulang," kata Joko.

Kontributor : Uli Febriarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini