Perjuangan untuk memiliki mobil dengan bak luas seperti itu dilalui dengan keringat bercucuran. Hasil kerja menjadi pengayom masyarakat ia sisihkan untuk mewujudkan kemudahan warga.
"Saat itu saya juga membutuhkan kendaraan untuk keluarga ketika bepergian. Dulunya masih bersih dan cat mobil masih bagus. Memang sekarang rusak catnya tapi masih sering digunakan bepergian," jelas pria yang mengawali karier polisi dari pendaftaran jalur Bintara 1998 itu.
Membeli mobil yang diperuntukkan mengangkut material bangunan tentu memiliki risiko. Sejumlah bagian armada tersebut akhirnya banyak yang koyak. Mulai dari bak yang bolong hingga bagian lampu mobil yang pecah.
"Tapi jadinya mobil ini paling tangguh diantara mobil yang dimiliki warga lain," kelakarnya sambil tertawa kecil.
Baca Juga:Pasien Anak Positif Covid-19 di Sleman Ada Sebanyak 10 Orang, Mayoritas OTG
Pernah suatu kali mobil pick up dipinjam warga. Daryono tak terlalu ingat kapan peristiwa terjadi. Setelah dikembalikan, beberapa bagian penyok lantaran terbentur beton pagar.
Daryono pun kaget saat kendaraan "tangguh"-nya penyok di bagian lampu depan. Bertanya mengapa mobilnya sampai penyok, ternyata pengemudi tak bisa menguasai mobil dan menabrak tembok rumah warga.
Bukannya meminta ganti rugi, Daryono malah membiarkan. Bahkan dia juga yang merogoh kocek untuk perbaikan. Namun begitu tak jarang warga juga memberi tambahan biaya perbaikan dan uang bensin.
"Masih ada yang memberi untuk perbaikan, tapi yang jelas ini memang saya manfaatkan untuk kepentingan warga, meski saya masih kerap memakainya bepergian," jelas dia.
Tak hanya mobil yang dia sewakan dengan gratis. Lulusan STM Pembangunan Nasional Purwodadi Grobogan, Jurusan Elektronika ini juga dengan cuma-cuma meminjamkan sound sistem.
Baca Juga:Butuh untuk Belajar Anak, Bapak Asal Sleman Nekat Jambret HP di Seyegan
Inisiatifnya untuk membeli sound system karena di kampungnya peralatan tersebut sangat dibutuhkan terutama untuk hajatan atau ketika ada upacara kematian.