Gagas Kampung Batik Manding, Guntur Naikkan Pamor Batik di Era Digital

Guntur dan istrinya saat ini telah melakukan pemberdayaan batik di sebanyak 14 kelurahan di Gunungkidul.

Galih Priatmojo
Minggu, 23 Agustus 2020 | 15:18 WIB
Gagas Kampung Batik Manding, Guntur Naikkan Pamor Batik di Era Digital
Dwi Lestari salah seorang penggagas batik siberkreasi di Kampung Batik Manding, Gunungkidul saat ditemui, Sabtu (21/8/2020). [Kontributor / Julianto]

"Batik printing yang kini menggeliat di pasaran sebetulnya bukan batik. Namun hanya kain bermotif hasil cetakan dan bermotif batik, bukan handmade juga tanpa perintangan malam," ucap Guntur kepada SuaraJogja.com ketika menyambangi rumahnya, Jum'at (21/8/2020).

Semua motif batik sejatinya memiliki makna dan filosofi yang cukup mendalam. Bahkan pembuatannya pun memiliki pembelajaran hidup yang luar biasa seperti kesabaran, ketekunan, keuletan, ketelitian, fokus, keseriusan sehingga mampu menghadirkan karya yang rupawan.

Menurutnya degradasi batik ini juga terjadi pada internet. Di mana internet sebagai media pun ia nilai tengah memasuki masa krisis. Ketika tidak bijak menggunakannya akan terjebak dengan berita hoax juga ujaran kebencian.

“Oleh karenanya dari Kampung Batik Manding, kami ingin mencoba berusaha merevitalisasi batik dan internet agar kembali kepada makna dan fungsinya,” ujar Guntur.

Baca Juga:DIY Diterpa Angin Kencang, BMKG Beberkan Alasannya

Dengan harapan, di era kemajuan seperti saat ini, masyarakat khususnya kaum milenial mampu berpegang teguh dan mempelajari nilai-nilai kearifan lokal melalui motif batik.

Dari sinilah Kampung Batik Siberkreasi tercipta dan direspon positif oleh Menteri Komunikasi dan Informasi, Rudiantara.

Bahkan pada 2 Oktober 2018 lalu, Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) Republik Indonesia meresmikan Kampung Batik Siberkreasi di Kampung Batik Manding. Perpaduan batik di era digital itupun kemudian menjadi suatu yang khas di Kampung Batik Manding.

Guntur menyebut saat ini ada sebanyak 15 rumah yang menyediakan batik yang dikelola oleh koperasi.

Ia sendiri menggunakan koperasi dengan harapan tidak ada persaingan yang tidak sehat antara pembatik satu dan yang lainnya. Setiap akhir tahun Sisa Hasil Usaha (SHU) dibagikan kepada ibu-ibu yang merupakan pembatik.

Baca Juga:Danai Film Tilik, Disbud DIY: Potensi Filmmaker Jogja Sangat Kuat

“Masing-masing rumah memilki desain batik yang berbeda tergantung pemiliknya, namun yang khas di Kampung Baik manding ini ialah motif Manding dan Wonopawiro,” beber Guntur.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini