Gagas Kampung Batik Manding, Guntur Naikkan Pamor Batik di Era Digital

Guntur dan istrinya saat ini telah melakukan pemberdayaan batik di sebanyak 14 kelurahan di Gunungkidul.

Galih Priatmojo
Minggu, 23 Agustus 2020 | 15:18 WIB
Gagas Kampung Batik Manding, Guntur Naikkan Pamor Batik di Era Digital
Dwi Lestari salah seorang penggagas batik siberkreasi di Kampung Batik Manding, Gunungkidul saat ditemui, Sabtu (21/8/2020). [Kontributor / Julianto]

Dari sinilah Kampung Batik Siberkreasi tercipta dan direspon positif oleh Menteri Komunikasi dan Informasi, Rudiantara.

Bahkan pada 2 Oktober 2018 lalu, Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) Republik Indonesia meresmikan Kampung Batik Siberkreasi di Kampung Batik Manding. Perpaduan batik di era digital itupun kemudian menjadi suatu yang khas di Kampung Batik Manding.

Guntur menyebut saat ini ada sebanyak 15 rumah yang menyediakan batik yang dikelola oleh koperasi.

Ia sendiri menggunakan koperasi dengan harapan tidak ada persaingan yang tidak sehat antara pembatik satu dan yang lainnya. Setiap akhir tahun Sisa Hasil Usaha (SHU) dibagikan kepada ibu-ibu yang merupakan pembatik.

Baca Juga:DIY Diterpa Angin Kencang, BMKG Beberkan Alasannya

“Masing-masing rumah memilki desain batik yang berbeda tergantung pemiliknya, namun yang khas di Kampung Baik manding ini ialah motif Manding dan Wonopawiro,” beber Guntur.

Seiring dengan seleksi alam, kini hanya ada 2 Kepala Keluarga yang serius menekuni batik karena sebagian besar ibu rumah tangga di kampung tersebut menganggapnya tidak memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan. Sehingga batik hanya digunakan sebagai profesi sambilan.

Kendati demikian Guntur dan istrinya tak pernah berkecil hati. Keduanya kini justru disibukkan dengan kegiatan pemberdayaan berkaitan dengan batik di kalurahan-kalurahan lain yang ada di seluruh Gunungkidul.

Guntur mengaku bersama istrinya memang sudah melakukan gerilya ke kalurahan-kalurahan sejak tahun 2012 yang lalu.

Kini mereka berdua telah melakukan pemberdayaan batik di 14 Kelurahan yang tersebar di wilayah kabupaten Gunungkidul.

Baca Juga:Danai Film Tilik, Disbud DIY: Potensi Filmmaker Jogja Sangat Kuat

Bekerjasama dengan pemerintah kelurahan setempat, dirinya bersama istrinya melakukan pemberdayaan dalam rangka mempertahankan eksistensi batik yang sesungguhnya.

"biasanya saya diminta untuk membuatkan motif batik masing-masing kalurahan sesuai dengan ciri khas mereka," ungkapnya.

Guntur mengaku kini telah menciptakan setidaknya 14 motif batik dari masing-masing Kelurahan yang bekerjasama dengan dirinya. Motif batik yang ia ciptakan didasarkan pada sejarah perkembangan Kelurahan tersebut.

Salah satu sudut di kampung batik Manding Gunungkidul tampak dihiasi lukisan motif batik di dinding dan sebuah tugu berwujud tangan yang sedang memegang canting. [Kontributor / Julianto]
Salah satu sudut di kampung batik Manding Gunungkidul tampak dihiasi lukisan motif batik di dinding dan sebuah tugu berwujud tangan yang sedang memegang canting. [Kontributor / Julianto]

Jika tidak ada sejarah maka motif yang ia ciptakan akan menonjolkan produk unggulan Kelurahan tersebut.

Dia mencontohkan untuk batik sinuwun yang sengaja dia ciptakan untuk padukuan Jelok. Saat datang pertama kali ke desa wisata Jelok tersebut ia mempertanyakan sejarah perkembangan dari desa wisata tersebut. Namun karena tidak memiliki sejarah Desa jelok maka ia Lantas membuat motif batik sinuwun.

"Kebetulan di Desa Wisata Jelok ada menu andalah Gudeg Sinuwun, gudeg berbahan dasar jantung pisang dikombinasi dengan ikan kali. Saya kombinasikan semuanya menjadi motif Sinuwun," terangnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak