Gagas Kampung Batik Manding, Guntur Naikkan Pamor Batik di Era Digital

Guntur dan istrinya saat ini telah melakukan pemberdayaan batik di sebanyak 14 kelurahan di Gunungkidul.

Galih Priatmojo
Minggu, 23 Agustus 2020 | 15:18 WIB
Gagas Kampung Batik Manding, Guntur Naikkan Pamor Batik di Era Digital
Dwi Lestari salah seorang penggagas batik siberkreasi di Kampung Batik Manding, Gunungkidul saat ditemui, Sabtu (21/8/2020). [Kontributor / Julianto]

Seiring dengan seleksi alam, kini hanya ada 2 Kepala Keluarga yang serius menekuni batik karena sebagian besar ibu rumah tangga di kampung tersebut menganggapnya tidak memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan. Sehingga batik hanya digunakan sebagai profesi sambilan.

Kendati demikian Guntur dan istrinya tak pernah berkecil hati. Keduanya kini justru disibukkan dengan kegiatan pemberdayaan berkaitan dengan batik di kalurahan-kalurahan lain yang ada di seluruh Gunungkidul.

Guntur mengaku bersama istrinya memang sudah melakukan gerilya ke kalurahan-kalurahan sejak tahun 2012 yang lalu.

Kini mereka berdua telah melakukan pemberdayaan batik di 14 Kelurahan yang tersebar di wilayah kabupaten Gunungkidul.

Baca Juga:DIY Diterpa Angin Kencang, BMKG Beberkan Alasannya

Bekerjasama dengan pemerintah kelurahan setempat, dirinya bersama istrinya melakukan pemberdayaan dalam rangka mempertahankan eksistensi batik yang sesungguhnya.

"biasanya saya diminta untuk membuatkan motif batik masing-masing kalurahan sesuai dengan ciri khas mereka," ungkapnya.

Guntur mengaku kini telah menciptakan setidaknya 14 motif batik dari masing-masing Kelurahan yang bekerjasama dengan dirinya. Motif batik yang ia ciptakan didasarkan pada sejarah perkembangan Kelurahan tersebut.

Salah satu sudut di kampung batik Manding Gunungkidul tampak dihiasi lukisan motif batik di dinding dan sebuah tugu berwujud tangan yang sedang memegang canting. [Kontributor / Julianto]
Salah satu sudut di kampung batik Manding Gunungkidul tampak dihiasi lukisan motif batik di dinding dan sebuah tugu berwujud tangan yang sedang memegang canting. [Kontributor / Julianto]

Jika tidak ada sejarah maka motif yang ia ciptakan akan menonjolkan produk unggulan Kelurahan tersebut.

Dia mencontohkan untuk batik sinuwun yang sengaja dia ciptakan untuk padukuan Jelok. Saat datang pertama kali ke desa wisata Jelok tersebut ia mempertanyakan sejarah perkembangan dari desa wisata tersebut. Namun karena tidak memiliki sejarah Desa jelok maka ia Lantas membuat motif batik sinuwun.

Baca Juga:Danai Film Tilik, Disbud DIY: Potensi Filmmaker Jogja Sangat Kuat

"Kebetulan di Desa Wisata Jelok ada menu andalah Gudeg Sinuwun, gudeg berbahan dasar jantung pisang dikombinasi dengan ikan kali. Saya kombinasikan semuanya menjadi motif Sinuwun," terangnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini