Uji Coba New Normal di Desa Wisata Blue Lagoon, Pengelola Siapkan Hal Ini

Lakukan uji coba new normal di hari Minggu, Blue Lagoon ramai disambangi wisatawan.

Angga Roni Priambodo | Arendya Nariswari
Minggu, 23 Agustus 2020 | 17:34 WIB
Uji Coba New Normal di Desa Wisata Blue Lagoon, Pengelola Siapkan Hal Ini
Blue Lagoon, destinasi wisata pemandian alami di Yogyakarta. (Suarajogja/Arendya)

"Karena belum adanya fasilitas cashless, untuk pengunjung sebagai tindakan agar tidak terjadi kontak antara wisatawan dan petugas, kami juga menyediakan kotak khusus. Biasanya yang sudah-sudah kemarin, pengunjung memasukkan uang ke dalam kotak, nanti beberapa hari sebelum dihitung sudah didisinfektan terlebih dahulu," tutur Suhadi.

Sudarningsih, Kepala Dinas Pariwisata Sleman yang turut hadir dalam acara uji coba new normal di Blue Lagoon ini memberikan sejumlah pengarahan baik kepada pihak pengelola dan juga wisatawan.

"Sebenarnya kita istilahnya bukan membuka kembali suatu tempat termasuk destinasi wisata tetapi uji coba terbatas ya. Ini berlaku tidak hanya di tempat wisata di Sleman saja, melainkan juga kafe, pusat perbelanjaan pasar dan lain sebagainya," tutur Sudarningsih.

Secara bertahap, Sudarningsih bersama tim gugus tugas COVID-19 telah meninjau ulang sejumlah destinasi wisata berkaitan dengan apakah pihak pengelola dan pengunjung telah menerapkan protokol kesehatan atau belum.

Baca Juga:China Akan Pasok 40 Juta Vaksin Corona Sinovac ke Indonesia sampai 2021

Sudarningsih, Kepala Dinas Pariwisata Sleman. (Suarajogja/Arendya)
Sudarningsih, Kepala Dinas Pariwisata Sleman. (Suarajogja/Arendya)

"Sebelum Blue Lagoon, kami juga sudah melakukan uji coba terbatas di sejumlah destinasi wisata seperti Tebing Breksi, dan juga Candi Ijo. Sudah tidak bisa lagi sekarang pengunjung itu jumlahnya mencapai ratusan ribuan seperti itu," imbuhnya.

Sudarningsih menambahkan, bahwa kini pembatasan jumlah pengunjung destinasi wisata dilakukan berdasarkan teknik khusus yakni dengan luas lokasi sebagai acuan.

"Jadi sekarang menghitungnya berdasarkan carrying capacity atau keluasan. Misalnya saja, satu titik itu dihitung jaraknya per 1 meter, nanti satu lokasi itu diperkirakan maksimal kapasitasnya berapa orang sehingga tidak uyel-uyelan (terlampau padat) nanti itu pengunjungnya," ungkap Sudarningsih.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini