Tak Setuju 3 Kritik Film Tilik, Dosen UGM Jelaskan Pendapat Soal Stereotip

Budi menyampaikan, bahwa dalam film tersebut, perempuan tidak hanya menjadi karakter yang dominan namun juga direpresentasikan secara beragam.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Rabu, 26 Agustus 2020 | 16:30 WIB
Tak Setuju 3 Kritik Film Tilik, Dosen UGM Jelaskan Pendapat Soal Stereotip
Film Tilik [Youtube/Ravacana Films]

Sosok Dian juga dinilai mewakili perempuan yang mandiri dan berani membuat keputusan yang tak lazim untuk ukuran warga desanya. Digambarkan sebagai anak yang ditinggal ayahnya sejak kecil, Dian bukanlah sosok yang tumbuh dari keluarga mampu, sehingga akhirnya hanya bisa sekolah sampai SMA.

Meski demikian, Dian berani mengambil perubahan dengan pergi bekerja ke kota atau di luar kampung mereka. Sosok Dian muncul sebagai kembang desa dengan tindak tanduk berbeda dari masyarakat umum.

"Tapi, menganggap perempuan muda memilih pasangan yang lebih tua dan mapan itu menyembunyikan niatan buruk justru sebentuk pandangan yang stereotipikal. Stereotipe inilah yang justru digugat oleh Tilik di ujung cerita," imbuh Budi dalam catatannya.

Terkait pandangan perempuan sebagai penyebar hoaks, Budi mengatakan bahwa apa yang menimpa Bu Tejo sebenarnya bukan penyebaran berita bohong, melainkan penggambaran masalah pemahaman literasi digital.

Baca Juga:Dulu Kumuh, Komunitas Bendhung Lepen Ubah Selokan Mrican Jadi Objek Wisata

Selain itu, adegan di mana Bu Tejo sebagai tokoh berpengaruh menggerakkan warga desanya untuk menyerang polisi yang hendak menilang dinilai Budi sebagai bentuk sindiran atas absennya ketersediaan transportasi publik yang murah dan bisa diandalkan warga desa.

Pendapat dosen ilmu komunikasi UGM, Budi Irawanto soal kritik terhadap film tilik. - (Facebook/Budi Irawanto)
Pendapat dosen ilmu komunikasi UGM, Budi Irawanto soal kritik terhadap film tilik. - (Facebook/Budi Irawanto)

Baca pendapat Budi Irawanto selengkapnya DI SINI.

Jika banyak warganet yang justru kecewa dengan akhir cerita film produksi Ravacana Films ini, bagi Budi akhir ceritanya malah menunjukkan Dian sebagai perempuan yang menghendaki hubungan permanen dengan mantan suami Bu Lurah.

Dian juga merupakan sosok yang tenggang rasa karena mau melakukan pendekatan dengan Fikri agar menyetujui rencana pernikahannya dengan ayah Fikri. Dalam adegan yang ditayangkan, tidak terlihat juga bahwa Dian merebut mantan suami Bu Lurah.

"Seperti Bu Tejo, tanpa kecermatan menonton, seseorang gampang menarik simpulan yang menyesatkan serta mengarah pada penghakiman yang tak adil. Akibatnya, bobot hiburan Tilik didakwa membutakan ‘problematik’ yang melekat pada film itu," tulis Budi mengakhiri.

Baca Juga:Nah, Bu Tejo Gosipin Raffi Ahmad

Ia menekankan kembali ketidak setujuannya dengan tiga kritik besar mengenai film Tilik. Baginya, kritik itu muncul karena penonton tidak bisa mengambil kesimpulan secara benar setelah melihat tayangan berdurasi 30 menit tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak