Promosikan Jamu, Puskesmas Banguntapan II Latih Warga Buat 7 Ramuan

Namun Wahyu menekankan, jamu tidak menggantikan pengobatan konvensional.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 09 September 2020 | 16:15 WIB
Promosikan Jamu, Puskesmas Banguntapan II Latih Warga Buat 7 Ramuan
Salah satu petugas dalam pelatihan mempraktikkan pembuatan ramuan jamu kepada warga di Singosaren, Banguntapan, Bantul, Rabu (9/9/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Puskesmas Banguntapan II menggelar pelatihan pembuatan ramuan tanaman obat keluarga (toga) kepada Kelompok Asman Kestrad "Singosaren Small Is Beautiful", di Dusun Singosaren, Banguntapan, Bantul, Rabu (9/9/2020). Dalam pelatihan ini, warga yang hadir dilatih membuat tujuh ramuan sesuai dengan pedoman pencegahan dan pengendalian Covid-19 Revisi 5 yang diterbitkan Kementerian Kesehatan.

Dokter Fungsional, dengan jabatan Kepala Puskesmas Banguntapan II, Wahyu Pamungkasih, mengatakan, tidak hanya menggunakan pengobatan konvensional atau modern saja, masyarakat juga sudah mengenal pengobatan tradisional sejak lama.

"Masyarakat sudah mengenal pengobatan tradisional secara turun temurun, yang, mau tidak mau, diakui atau tidak, itu mereka kembangkan sendiri. Nah, dari situ kita ingin mengeksplorasi lagi agar pengobatan tradisional yang sudah kita miliki sejak lama itu bisa terus dimanfaatkan," ujar Wahyu kepada awak media.

Wahyu menuturkan, kegiatan pelatihan ini juga sekaligus memanfaatkan dana keistimewaan dari proposal yang pihaknya sudah ajukan kepada pemerintah provinsi guna memperingati Sewindu Undang-Undang Keistimewaan DIY. Proposal itu intinya berisi pengembangan kesehatan tradisional di dusun ini.

Baca Juga:Bantul Siapkan Skenario Pembukaan Sekolah, Setiap Pekan Layani Konsultasi

Ia mengatakan, selain pengembangan kesehatan dengan asuhan mandiri, melalui pengobatan jamu atau ramuan tradisional, pihaknya juga sudah mempersiapkan kegiatan lain, yakni pengobatan akupresur dan pijat bayi.

"Hari ini kami laksanakan pelatihan pembuatan ramuan, harapannya nanti bisa jadi satu produk yang satu sisi menguntungkan secara ekonomi, tapi juga bisa menjadi budaya yang tidak hanya digemari oleh kalangan orang tua saja, tapi juga dengan anak-anak muda," ungkapnya.

Strategi pemasaran atau kemasan menjadi salah satu yang turut diperhatikan pihaknya agar jamu atau ramuan itu bisa dilirik dan dinikmati oleh semua kalangan. Pihaknya bahkan sudah mempersiapkan kemasan layaknya di warung kopi agar lebih terlihat milenial.

Wahyu berharap, setelah kegiatan ini, masyarakat mulai kembali mempersiapkan segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan, mulai dari menanam tanaman obat untuk keseharian hingga memproses sesuai standar yang ada dan menghasilkan output yang bisa dinikmati bersama.

"Semoga setelah ini tidak hanya produk saja, tapi bahan baku dan sebagainya karena memang saat ini bahan baku masih membeli dari luar. PKK dan dari desa juga bisa mulai menanam sendiri, sehingga produksi akan beputar di situ saja," tuturnya.

Baca Juga:PDIP Diterpa Kampanye Hitam Jelang Pilkada, Idham Samawi: Ngga Kaget!

Wahyu menyampaikan bahwa jamu dan kesehatan tradisional lainnya rata-rata digunakan sebagai pelengkap saja dari pengobatan modern. Namun juga tidak menutup kemungkinan, suatu saat pengobatan tradisional lebih dipilih pasien ketimbang pengobatan yang konvensional.

"Semisal ada orang dengan penyakit sudah stadium akhir, dia bisanya sudah tidak mau lagi pengobatan konvensional dan berpindah ke pengobatan tradisional. Ini yang akan kita sandingkan," katanya.

Begitu juga dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini, yang menyebabkan orang khawatir untuk datang ke fasilitas kesehatan, Wahyu mengatakan, swamedikasi atau pengobatan pribadi bisa menjadi solusi yang tepat untuk itu. Namun jika memang dengan pengobatan tradisional tidak berhasil, baru seseorang itu dianjurkan mendatangi fasilitas kesehatan terdekat.

Wahyu juga tidak menutup kemungkinan, nantinya di puskesmas pun akan ada layanan kesehatan tradisional. Jadi selain hanya diberi obat, pasien juga diberikan pengobatan akupresur dan akupuntur.

"Intinya kami ingin kesehatan tradisional ini berjaya lagi dan bisa bersanding dengan pengobatan konvensional atau modern," ucapnya.

Ia menambahkan, di Puskesmas Banguntapan II sendiri pihaknya melakukan kegiatan di dua dusun. Pertama di Dusun Singosaren, yang sudah menghasilkan produk bernama Jogorogo dan kedua di Dusun Bodon Jagalan dengan nama produk ramuan Sirnalara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak