Bermula dari Buku Misterius, Sutrisno Sulap Kiringan Jadi Desa Wisata Jamu

Desa Kiringan ditetapkan sebagai Desa Wisata Jamu pada 2016 silam.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 08 September 2020 | 15:24 WIB
Bermula dari Buku Misterius, Sutrisno Sulap Kiringan Jadi Desa Wisata Jamu
Sutrisno, salah satu pelopor Desa Wisata Jamu Gendong Kiringan. [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Matahari masih malu-malu untuk memancarkan sinarnya pagi itu. Namun Sutrisno, sudah mondar-mandir mempersiapkan 'alat tempur'-nya.

Bukan senjata api atau pedang nan tajam senjata itu, melainkan hanya sebuah pisau kecil dengan piring kecil yang sudah terisi tanaman obat, baskom plastik, timbangan hingga kompor kecil lengkap dengan gas yang sudah terpasang.

Dengan memakai peci serta kacamata sebagai alat bantunya agar bisa melihat lebih jelas, pria yang memasuki usia 61 tahun ini mulai meraih beberapa peralatan alat tempurnya tadi. Di teras rumah, tangannya tampak lincah dan cekatan mengupas beberapa kulit kunyit yang telah ia persiapkan sendiri.

Sesepuh peracik jamu yang ada di Dusun Kiringan merupakan salah satu pelopor terbentuknya Dusun Kiringan sebagai Desa Wisata di Bantul. Sudah banyak ide-ide yang lahir dan diaplikasikan oleh warga Dusun Kiringan dari hobinya membuat racikan jamu tersebut. Hingga sekarang berbagai inovasi masih terus ia kembangan agar racikan jamunya dapat dinikmati oleh lebih banyak orang.

Baca Juga:Beredar Pesan Rantai Operasi Masker Denda Rp250 Ribu, Ditlantas DIY: Hoax

Pria kelahiran Bantul, 12 Juli 1959 silam ini mengaku ketertarikannya dengan jejamuan sudah muncul sejak kecil. Berawal dari kondisi yang sering sakit-sakitan, memaksa Sutrisno belia harus keluar masuk rumah sakit terdekat guna melakukan perawatan. Hingga pada satu titik ia berkeyakinan untuk bisa bangkit dan ditambah dapat menolong orang lain juga.

Baru saat mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) tepatnya di SMP Negeri 1 Imogiri, Sutrisno menemukan buku. Ia sendiri bahkan tidak mengetahui buku itu milik siapa. Namun yang jelas buku itu berkaitan dengan pengobatan tradisional dengan menggunakan jamu. Di buku itu tertulis lengkap racikan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat sebuah jamu tergantung dengan khasiat tanaman yang nantinya digunakan.

"Awalnya saya tidak paham bahan-bahan yang akan digunakan, jadi saya minta tolong bapak yang kebetulan juga sebagai mantri pengarian untuk mencarikan bahannya. Baru nanti saya yang akan meracik bahan-bahan itu," ujar pria yang sempat mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) jurusan Teknik Geologi itu kepada SuaraJogja.id, beberapa waktu lalu.

Meskipun kegemarannya meracik jamu sempat berhenti saat ia mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan, namun setelah menikah dan mengetahui istrinya mengidap penyakit gula, Sutrisno kembali membuka buku racikan jamunya. Alhasil perlahan kondisi sang istri mulai mengalami peningkatan karena meminum racikan jamu buatannya. Tidak lama setelah itu teman-teman sang istri yang mengidap penyakit serupa dan bahkan penyakit lainnya mulai mengetahui racikan jamu Sutrisno. Hingga akhirnya banyak pesanan jamu yang datang kepadanya.

"Lalu saya berpikir, kenapa tidak buatkan saja ramuannya sekaligus mendekatkan cita-cita saya untuk menolong orang banyak," ungkapnya.

Baca Juga:DIY Terbitkan Pergub Protokol Kesehatan, Izin Usaha Dicabut jika Melanggar

Sutrisno mengatakan sebeluk masuk ke Dusun Kiringan pun ia sudah laris manis menjual jamu-jamunya. Ia mengaku sudah mengetahui bahwa warga Dusun Kiriangan juga telah lama berjualan jamu. Dengan bekal otodidak yang dilakukan di masa SMP, ia hanya perlu untuk menyesuaikan diri dengan racikan jamu yang sduah ada terlebih dahulu di desa itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak