SuaraJogja.id - Relawan kesehatan Covid-19 , Tirta Mandira Hudhi, menceritakan memorinya mengenai wabah hepatitis A yang sempat terjadi di Jogja pada 2009. Munculnya klaster Covid-19 di warung soto Lamongan membawa pria yang akrab disapa dr Tirta itu kembali teringat kejadian tersebut.
Lulusan UGM yang pernah bertugas di Puskesmas Turi ini menceritakan bahwa pada 2009 sempat terjadi wabah hepatitis A yang disebabkan adanya warung makan yang tidak bersih. Wabah ini muncul di sekitar kawasan Jalan Kaliurang (Jakal).
Akhirnya sejak saat itu, Dinas Kesehatan rutin memberikan edukasi mengenai sanitasi untuk mencegah wabah hepatitis A terulang kembali. Kejadian tersebut kembali terkenang setelah terjadi penularan virus corona di warung soto Lamongan.
"Diingatkan kembali, untuk para penjual, agar disiplin selalu, supaya pengunjung nyaman. Percuma kalo pengunjungnya saja yang patuh," tulis dr Tirta dalam keterangannya.
Baca Juga:1 dari 13 Pasien Positif Covid-19 di Bantul Meninggal Tanpa Penyakit Bawaan
Mengingat peristiwa pada 2009 silam, dr Tirta kembali mengingatkan kepada para pedagang untuk selalu menerapkan protokol kesehatan demi kenyamanan bersama. Akan terasa percuma, kata dia, jika hanya pengunjung yang dituntut untuk patuh.
Pria kelahiran Surakarta 30 Juli 1991 tersebut menyampaikan, cukup sederhana untuk mengikuti protokol kesehatan. Salah satunya yakni dengan mencuci tangan. Mengaku sudah melihat kondisi angkringan di Jogja, ia menilai sudah cukup bersih. Ia harap kondisi itu bisa ditiru tempat makan lainnya.
Selain angkringan, dr Tirta juga menyebutkan bahwa rata-rata pengunjung sudah patuh untuk melakukan cuci tangan dan protokol lainnya. Namun, jika para pedagang tidak patuh, maka ia berpesan, jangan terkejut jika muncul klaster penularan dari warung makan.
"Tolong para penjual juga pakai masker dan menjaga higienitas. Karena gak hanya covid, bisa muncul hepatitis A nanti. Jadi kalo penjualnya gak patuh, ya mau dibungkus apa gak percuma, wong gak higienis," tulis dr Tirta.
Ia berpesan, setidaknya jika saat batuk atau bersin, para pedagang jangan menghadap ke arah makanan dan selalu menggunakan masker selama melayani pembeli.
Baca Juga:Mantap! Jogja Kini Punya Tempat Nongkrong Kece ala Beach Club di Bali
Jika menyentuh hidung, para pedagang diminta untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Menurutnya, tidak lucu jika kemudian makanan yang dijajakan sudah terkena ingus pedagang.
Selanjutnya, ia menyampaikan agar pedagang menggunakan air mengalir untuk mencuci alat makan. Ia juga berpesan kepada masyarakat untuk bepergian membawa alat makan sendiri.
Sejak diunggah pada Rabu (17/9/2020), foto dr Tirta yang tengah menjadi narasumber di salah satu acara televisi itu sudah disukai 25 ribu lebih pengguna Instagram. Ada 200 lebih komentar yang ditinggalkan warganet.
"Semua tempat kayanya bakal jadi klaster, entar gunung entar laut kayanya," tulis akun @amrisrizal.
"Soal makan zaman covid19 ini, barangkali banyak di antara kita yang jika terpaksa makan di luar, lebih milih makan di tempat populer/branded yang diyakini manajemennya ketatin prokes dan tempat itu mengusung open kitchen biar lihat langsung higenisnya. Minimal sih gitu kalau kepaksa makan di luar. Mending di rumah/bawa bekal," komentar akun @buditenang.
"Ya gimana ya, ngatur 260 juta rakyat bukan perkara mudah, gak bisa ngatur orang lain ya ngatur diri sendiri aja. Kalau tau warung makan kurang bersih sebisa mungkin masak sendiri, lebih hemat lebih terjamin kebersihan, nambah sesuka hati wkwk. Semoga sehat-sehat semua, segera pulih semuanya, kesehatan, ekonomi," tanggapan akun @ikachu93.
Sementara akun @bagusnovri_ berkomentar, "Bukan hanya hep A dok. Typoid pun juga bisa dok kalo higienitasnya buruk."