Lewat Pembalut Kain, Biyung Ajak Perempuan Mencintai Diri dan Bumi

Lahirnya Biyung tak lepas dari keresahan Ani tentang anggapan perempuan sebagai penyumbang besar sampah di lingkungan.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana
Sabtu, 26 September 2020 | 09:30 WIB
Lewat Pembalut Kain, Biyung Ajak Perempuan Mencintai Diri dan Bumi
Westiani Agustin, penggagas Biyung. (Suarajogja.com/Fita Nofiana)

Edukasi Reproduksi Lewat Pembalut Kain

Secara umum, pengetahuan soal menstruasi sendiri masih sangat minim di kalangan perempuan. Ani menjelaskan bahwa perempuan hanya diberi solusi untuk menampung darah menstruasi tanpa mengetahui alasan harus memakainya dan berbagai persoalan terkait dengan menstruasi lainnya.

"Kita juga tidak pernah tahu setelah pakai ini (pembalut sekali pakai) tuh gimana, pertanggungjawaban terhadap sisa konsumsi kita tuh enggak pernah dapet termasuk pembalut. Nah itu yang mau diangkat sama Biyung, artinya ketika kita paham tubuh kita mulai dari rahim, kita punya tugas mulia punya kedekatan dengan ibu bumi," terang Ani.

Menurut Ani, ketika prempuan mengetahui persis tentang tubuhnya maka ia juga akan mengerti apa yang harus dilakukan atau dimakan ketika menstruasi serta menangani sakit saat menstruasi. Inilah yang ingin Biyung angkat dan sebar luaskan.

Baca Juga:Olahraga yang Tepat Selama Menstruasi, Apa yang Perlu Diperhatikan?

Aktivitas dan gerakan sosial Biyung. (Suarajogja.com/Fita Nofiana)
Aktivitas dan gerakan sosial Biyung. (Suarajogja.com/Fita Nofiana)

Kiat Biyung dalam memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi dan menstruasi dilakukan secara luas melalui media sosial Instagram dan workshop yang pernah dilakukan sebelum pandemi. Pembalut kain juga dipilih sebagai salah satu media untuk memberikan informasi tentang kesehatan menstruasi karena dianggap tekait erat dengan ingatan masyarakat.

"Ngomongin pembalut kain, kita lebih mudah menyampaikan informasi tentang menstruasi reproduksi karena banyak perempuan punya ingatan di masa lalu kaya ibu dan nenek juga dulu begitu (pakai kain), sebenarnya generasi sebelum kita sudah menghormati diri sendiri dan lingkungan, mereka punya kebiasaan yang jauh lebih bijaksana," ujar Ani.

Ningti Athesia Sarsan atau Tesa (34) yang bertanggung jawab pada produksi pembalut kain Biyung menjelaskan bahwa setidaknya pembalut yang mereka produksi terdiri dari beberapa lembar kain. Dalam satu set, mereka juga menghadirkan beberapa ukuran, mulai dari ukuran long, regular, hingga panty liner.

"Kalau ini ada flannel tebal di bawahnya, kalau size XL sama regular kami masih tambahnya empat lapis kaos tebal," Jelas Tesa sambil menunjukkan produk pembalut Biyung.

Pembalut kain Biyung menurut Tesa bisa digunakan sampai lima jam ketika volume darah menstruasi tidak terlalu banyak. "Kita biasanya kalau pakai pembalut kain udah bisa kira-kira, misalnya kalau ketika dikenakan sudah lembap banget kaya gitu ya berarti udah harus ganti," imbuhnya.

Baca Juga:Mulanya Menstruasi Tidak Teratur, Wanita Ini Didiagnosis Kanker Serviks!

Perempuan Bantu Perempuan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak