Lewat Pembalut Kain, Biyung Ajak Perempuan Mencintai Diri dan Bumi

Lahirnya Biyung tak lepas dari keresahan Ani tentang anggapan perempuan sebagai penyumbang besar sampah di lingkungan.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana
Sabtu, 26 September 2020 | 09:30 WIB
Lewat Pembalut Kain, Biyung Ajak Perempuan Mencintai Diri dan Bumi
Westiani Agustin, penggagas Biyung. (Suarajogja.com/Fita Nofiana)

Seperti slogan mereka, yakni "Perempuan Bantu Perempuan", Biyung tak hanya memberikan alternatif untuk menampung darah menstruasi perempuan. Pada dasarnya Ani menyebutkan bahwa ada rantai kebermanfaatan yang ingin Biyung capai dalam akitivitas sosial mereka. Biyung bahkan sempat melakukan pelatihan pembuatan pembalut kain pada berbagai kelompok perempuan.

"Kami membayangkan bahwa ketika itu (pembalut kain) diproduksi perempuan dan dipakai oleh perempuan lain, di situ ada rantai saling membutuhkan, saling membantu, saling menguatkan," terang Ani.

Melalui penjualan pembalut kain, Biyung menyisihkan sebagian pendapatan mereka untuk mengadakan ruang belajar dan ruang diskusi tentang reproduksi perempuan dengan kelompok-kelompok perempuan yang tidak memiliki akses informasi. Mereka juga menjual baju sulam untuk mengadakan workshop pada perempuan-perempuan di Papua.

"Jadi produk yang teman-teman beli itu berkontribusi untuk perempuan lain, karena biyung akan melakukan ruang-ruang diskusi dengan mereka, untuk menyampaikan apa yang telah kita siarkan lewat Instagram melalui workshop, bahkan belajar untuk membuat pembalut kainmu sendiri di rumah," ujar Ani.

Baca Juga:Olahraga yang Tepat Selama Menstruasi, Apa yang Perlu Diperhatikan?

Aktivitas dan gerakan sosial Biyung. (Suarajogja.com/Fita Nofiana)
Ningti Athesia Sarsan, anggota Biyung. (Suarajogja.com/Fita Nofiana)

Selama pergerakannya mengampanyekan mentruasi dan reproduksi sehat, Biyung belum bekerja sama dengan instansi-intansi pemerintah. Jaringan kerja yang pernah digandeng Biyung kebanyakan berasal dari lembaga-lembaga bukan pemerintah seperti Perkumpulan Samsara hingga Komunitas Perempuan Bumi.

Dalam menyikapi pandemi, Biyung bersama Perkumpulan Samsara pada bulan April lalu membagikan 143 kit pembalut kain dan alat kontrasepsi ke 4 perumahan padat di Yogyakarta, seperti Kampung Ledok Tukangan RW 3, Kampung Jlagran Kulon RW 1, Dusun Sembungan Bantul, dan Gedong Tengen.

Pada awal pandemi, Biyung melihat bahwa ada kemungkinan perempuan mengalami kesulitan akses mendapatkan pembalut. Dalam hal ini, bukan akses keterjangkauan pembalut namun akses keungan untuk membeli kebutuhan pembalut dan kontrasepsi. Selain itu, mereka juga membagikan alat kontrasepsi karena banyak puskesmas menutup layanan umum karena keterbatasan Alat Pelindung Diri (APD) saat itu.

"Kami dan Samsara, kami khawatir ketika kontrasepsi sulit diakses ada kemungkinan angka kehamilan tidak diinginkan," ujar Tesa.

"Kemudian kami juga pikir waktu itu, masa pandemi pasti ada ibu-ibu yang merasa cukup terbebani untuk membeli pembalut sekali pakai, kalau untuk kebutuhan perempuan sekali menstruasi itu paling enggak 20 ribu, gimana kalau sekeluarga ada dua atau tiga perempuan. Di masa pandemi ini kan mungkin menstruasi jadi cukup berat akhirnya kami menggalang dana untuk pembagian satu set menstrual pad dan kontrasepsi," kenangnya.

Baca Juga:Mulanya Menstruasi Tidak Teratur, Wanita Ini Didiagnosis Kanker Serviks!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak