Terkait dengan potensi tsunami dengan gelombang tsunami setinggi 20 meter di pantai selatan jawa yang belakangan santer dikabarkan, Dwikorita menyebut bahwa memang ada banyak penelitian yang memperkirakan suatu bencana. Banyak metode dan teknis penelitian yang membuat hasilnya pun berbeda-beda.
Namun memang salah satu dari penelitian itu kata Dwikorita, menyinggung soal potensi megatrush pantai selatan Jawa yang mencapai kekuatan 9,1 SR. Hal itu nanti yang memicu gelombang tinggi mencapai 20 meter tersebut.
Terkait penelitian tersebut dengan posisi YIA yang berada di wilayah pesisir, pihaknya mengakui bahwa telah melakukan persiapan dengan perkiraan terburuk. Menurutnya, jika mengacu pada penelitian dari ITB dan BMKG, kekuatan gempa di pantai selatan YIA paling buruk akan mencapai 8,8 SR dengan ketinggian gelombang 14 meter. Posisi tersebut tidak separah dibandingkan dengan pantai selatan di Jawa Barat dan Jawa Timur.
"Persiapan YIA sejak awal terbilang sudah cukup baik, mulai dari struktur bangunan, teknologi hingga langkah penyelamatan. Langkah antisipasi untuk kejadian paling buruk juga tetap kita persiapkan terus," tegasnya.
Baca Juga:Lesu Selama 6 Bulan, Perajin Batik Kulon Progo Maksimalkan Pasar Online
Sementara itu PTS General Manager (GM) YIA, PT Angkasa Pura I, Agus Pandu Purnama menuturkan bahwa simulasi ini menjadi pematangan teknis evakuasi jika gempa dan tsunami yang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini benar terjadi. Selain itu juga untuk mencoba alat pendeteksi terbaru dari BKMG yakni Warning Receiver System (WRS) New Generation.
![Sejumlah pegawai di Bandara YIA, Temon Kulon Progo berlindung di lantai Mezanin dalam simulasi tsunami yang digelar BMKG, Rabu (7/10/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]](https://media.suara.com/pictures/original/2020/10/07/64630-simulasi-penanganan-bencana-di-bandara-yia.jpg)
"Alat terbaru ini dapat menunjukkan secara real time, posisi gempa dan potensi tsunami yang mungkin saja menerjang. Sehingga nanti secara otomatis akan membunyikan sirine untuk tsunami," ungkapnya.
Pandu menyampaikan dalam simulasi ini juga dipraktikan langsung penanganan evakuasi penumpang yang ada di lantai bawah untuk bisa naik ke lantai Mezanin di lantai atas. Dikatakan Pandu, ketinggian mezanin sendiri mencapai 15 meter.
Ditambahkan Pandu, masyarakat sekitar pun nantinya juga tetap akan mendapat akses pintu emergency di sebelah barat dan timur. Menurutnya bandara YIA menjadi bangunan yang paling tinggi dibanding dengan wilayah sekitar sehingga dapat digunakan untuk evakuasi masyarakat.
"Kalau untuk kapasitas di gedung bandara bisa mencapai lebih dari 6.000 orang tapi kalau untuk crisis center itu sekitar 600an," ucapnya.
Baca Juga:LIPI Ingatkan Tsunami Besar Bisa Berulang, Buktinya Ada di Kulon Progo
Pandu mengatakan selanjutnya akan ada evaluasi yang dilakukan oleh BMKG dan pihak Bandara YIA sendiri terkait dengan simulasi yang telah dilaksanakan. Pasalnya tidak hanya menyasar penumpang di bandara saja tapi masyarakat yang ada di sekitar lokasi misalnya di Underpass YIA.
"Intinya tidak hanya pengguna jasa tapi kita juga memikirkan bagaimana cara mengevakauasi masyarakat sekitar," tandasnya.