Ki Seno Nugroho Meninggal di Bulan November, Butet Dibuat Cemas

Kepergian Ki Seno Nugroho tepat di bulan yang sama saat Djaduk meninggal.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 04 November 2020 | 19:17 WIB
Ki Seno Nugroho Meninggal di Bulan November, Butet Dibuat Cemas
Keluarga dan kerabat mengikuti prosesi pemakaman dalang wayang kulit Ki Seno Nugroho di Gayam, Argosari, Sedayu, Bantul, D.I Yogyakarta, Rabu (4/11/2020). [ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko]

SuaraJogja.id - Meninggalnya dalang kondang asal Bantul, Ki Seno Nugroho hampir membuat semua pihak terpukul. Salah satu yang cukup dikagetkan dari kabar ini datang dari seniman kawakan Butet Kertaradjasa.

Butet yang turut hadir dalam rumah duka Ki Seno yang berada di Dusun Gayam, Argosari, Sedayu, Bantul, Rabu (4/11/2020), mengatakan kabar mengejutkan itu didapat saat mengadakan acara dengan adik Ki Seno. Tidak lama setelah acara itu selesai berita duka itu muncul.

"Lha wong satu jam sebelumnya saya itu lagi ngamen sama adiknya [Ki Seno]. Pertunjukan selesai sekitar jam 22.00 WIB, saya baru mundur berita itu muncul. Ternyata November ki cen asu," kata Butet saat ditemui awak media.

Kegeraman Butet pada bulan November bukan tanpa alasan. Pasalnya pada November tahun lalu tepatnya 2019, Butet juga kehilangan salah seorang penting dalam hidupnya yakni adiknya, sesama seniman Djaduk Ferianto.

Baca Juga:Ditjen Migas Bagikan 500 Mesin Pompa Ramah Lingkungan ke Petani Bantul

"Kemarin pagi itu, saya baru menceritakan kepada istri saya, istri Djaduk, dan kawan-kawan seniman di padepokan tentang kecemasan saya. Rasanya bulan November ini kok tan soyo ndrawasi (membuat malang) yo. Djaduk juga meninggal di November, setelah itu ditututi Glenn Fredly, Didi Kempot dan sejumlah seniman. Tahun ini saya juga ulang tahun di bulan November, saya jadi cemas," paparnya.

Butet menyampaikan bahwa Ki Seno merupakan dalam muda yang sebenarnya mempunyai prospek luar biasa untuk menjawab masa depan. Hal itu dapat dilihat dari ilmu kedalangannya yang membuat banyak orang mengharapkan Ki Seno menjadi pengganti dalang kondang sebelumnya, Hadi Sugito.

Menurut Butet, kehadiran Ki Seno menjawab kebutuhan milenial karena bisa menjadi dalang yang mulai menyentuh bahkan merespon keajaiban dunia virtual. Salah satunya dibuktikan dengan program milik Ki Seno bertajuk Climen yang dimainkan di rumahnya sendiri secara virtual.

"Program streaming Climen itu bagi saya sebagai suatu ikhtiar dia untuk respon dunia digital ke dunia pewayangan. Mungkin itu bisa dijadikan satu inspirasi untuk dalang muda yang lain. Menjelajah ruang eksplorasi yang lebih luas di dalam jagat virtual," ucapnya.

Dikatakan Butet juga bahwa pembawaannya yang terkesean celelekan hingga kurang ajar justru dapat lebih direspon baik oleh masyarakat luas. Belum lagi ditambah dengan sastra dan ketrampilan mendalang yang juga layak diperhitungkan.

Baca Juga:Banguntapan Zona Merah, Jam Operasional Pasar di Bantul Bakal Dibatasi Lagi

"Seno memulai dan membuka pintu untuk eksperimentasi baru," sebutnya.

Namun kematian Ki Seno dimaknai sesuatu yang keren, tidak merepotkan bahkan murah oleh Butet. Disebutkan, bahwa meninggalnya Ki Seno menjadi mati yang paling ideal.

"Karena memang sebenarnya hidup ini cuma menunggu mati seperti gojekan Seno didalam goro-goro. Sambil menunggu mati orang-orang yang hidup mengisi kegiatannya, Seno mengisi kegiatannya dengan mendalang. Jadi Seno ki dadi dalang ming ngisi kegiatan menunggu mati dan sekarang dia sudah menyelesaikan kewajiban itu," tambahnya.

Senada, Kepala Dinas Kebudayaan Bantul, Nugroho Eko Setyanto,  menuturkan kematian Ki Seno menjadi kehilangan besar yang harus dialami oleh Kabupaten Bantul. Menurutnya, Ki Seno merupakan dalang muda yang penuh dengan inovasi, tidak hanya untuk Bantul tapi Indonesia.

"Dengan inovasi itu, Ki Seno mampu digemari oleh banyak orang. Bahkan Ki seno juga punya komunitas penggemar, mungkin anggotanya sudah lebih dari 50 ribu orang. Kita sangat kehilangan sosok seniman yang begitu enerjik, semangat dan punya inovasi yang bagus," kata Nugroho.

Nugroho menjelaskan inovasi itu dapat dilihat dari hadirnya tontonan wayang yang ditampilkan secara virtual di chanel youtube Ki Seno. Hal itu seolah merespon kondisi pandemi Covid-19 yang belum juga usai ini.

"Bahkan Ki Seno memperkenalkan wayang lewat youtube sudah sejak lama sebelum pandemi. Dan sekarang justru itu menjadi tontonan yang dapat digemari oleh semua kalangan," ucapnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini