Tidak seperti saat memelihara sapi PO yang perlu menunggu saat atau momen tertentu agar sapi itu bisa dijual sehingga menghasilkan. Berbeda dengan sapi perah yang setiap hari menghasilkan susu dan bisa dijual.
"Hampir sama, cuma kalau sapi perah tiap hari ada incomenya. Jadi ibarat sapi perah ini bisa beli makanan untuk dirinya sendiri dari hasil penjualan perahan susu itu," ungkapnya.
Kamto menyebut bahwa potensi ternak sapi khususnya perah di wilayahnya sangat besar. Salah satunya bisa dilihat dari lahan rerumputan yang masih luas dan tumbuh subur ketika musim penghujan seperti saat ini.
Dalam sehari saja, rata-rata produksi susu satu ekor sapi perah mencapai miliknya bisa mencapai 10 hingga 15 liter untuk ras sapi campuran atau (F2). Sedangkan untuk sapi ras import (F1) lebih banyak lagi yakni bisa mencapai 20 liter.
Baca Juga:Ini Pesan Mbah Petruk untuk Juru Kunci Merapi
"Susu diproduksi dua kali sehari, pagi dan sore. Saya sendiri ada 3 sapi yang bisa untuk diperah susunya. Dari tiga ekor itu rata-rata 40 liter sehari bisa saya dapat," sebutnya.
Nantinya susu hasil perahan itu akan dikumpulkan dan dijual baik kepada pengecer atau ke koperasi setempat. Untuk harga sendiri, perliter susu jika dijual ke pengecer bisa mencapai Rp. 7.000an sedangkan kalau dijual ke koperasi sekitar Rp. 6000.
Dari perhitungan tersebut, setidaknya Kamto dapat mengantongi pendapatan sebesar Rp.200 ribu lebih setiap harinya. Nantinya hasil itu yang akan diputar lagi untuk membeli makanan berupa konsentrat khusus untuk sapi-sapi perah miliknya.
Sementara itu, Sumarti (53) kelompok sapi perah Sidodadi, yang berada di Dusun Weron, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman juga merasakan hal yang serupa. Menurutnya berternak sapi perah saat in jauh lebih bisa menghasilkan dibandingkan dengan berkebun atau bertani.
"Di sini itu kalau kemarau susah air. Jadi kalau bertani juga agak susah pilihannya terbatas. Malahan saya pilih nyewa lahan saja buat ditanami pakan sapi biar sapinya lebih produktif," ujar Sumarti.
Baca Juga:Magma Gunung Merapi Hampir Mencapai Puncak, Ini Penjelasan BPPTKG
Sumarti menyampaikan bahwa memang mayoritas warga di wilayahnya lebih memilih berternak sapi perah ketimbang lainnya. Kalau pun ada anak-anak muda yang enggan untuk menekuni bidang peternakan biasanya lebih memilih untuk terjun ke pertambangan pasir atau di pariwisata.