Tren Membeli Tanaman Hias Mulai Sepi, Widayat Sebut Omset Turun 50 Persen

Penjualan tanaman hias mulai meredup

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 17 Desember 2020 | 21:10 WIB
Tren Membeli Tanaman Hias Mulai Sepi, Widayat Sebut Omset Turun 50 Persen
Penjual tanaman hias dan buah di wilayah Warak Lor, Sumberadi, Mlati, Sleman, Kamis (17/12/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Sempat menikmati masa kejayaan dalam beberapa waktu terakhir kini penjual tanaman hias mulai merasakan penurunan penjualan. Namun meski tergolong sepi, transaksi jual beli tanaman hampir selalu ada.

Situasi tersebut disampaikan oleh salah satu penjual tanaman hias dan buah, Harjono atau yang kerap disapa Jayus (55) saat ditemui SuaraJogja.id, di kebun miliknya di Warak Lor, Sumberadi, Mlati, Sleman, Kamis (17/12/2020).

Menurut Jayus, memang penjualan sudah tidak lagi seramai saat beberapa waktu lalu ketika tanaman hias menjadi sebuah hiburan utama masyarakat ketika di rumah saja. Pergerakan aktivitas yang sudah mulai lebih banyak di luar rumah dan sudah adanya beberapa tanaman di rumah juga jadi faktor tren tanaman sekarang menurun.

"Tren saat ini memang sepi tapi penjualan selalu ada dan tidak tergantung pada jenis tertentu. Artinya semua jenis tanaman hias bahkan hingga tanaman buah pun laku," kata Jayus.

Baca Juga:Nihil di Awal Pandemi, Kasus Kejahatan Jalanan di Sleman Meningkat Lagi

Jayus menilai hal itu sebagai pola perilaku dan kebiasaan masyarakat yang baru. Sekarang tanaman bukan lagi hanya sekadar dipandang sebagai sesuatu yang bernilai ekonomi saja melainkan hiburan bahkan kebutuhan.

Tidak seperti beberapa periode silam yang tanaman hanya dinilai sebagai lumbung rupiah. Ditandai dengan terbatasnya varietas tanaman yang laku dikala itu hingga harganya melambung tinggi.

"Sebagai contoh waktu masa kejayaan gelombang cinta dulu. Orang hanya mengejar nilai ekonominya saja terus habis. Kalau sekarang banyak jenis dan hampir semua laku," ucapnya.

Kehadiran media sosial yang kian masif di era digital ini, menurut Jayus juga dipandang sebagai sesuatu yang positif. Pasalnya dari situ muncul pasar baru sebagai tempat memamerkan tanaman-tanamannya dan bisa lebih banyak menarik banyak orang.

Saat ini, Jayus mengaku masih rutin menjual berbagai tanaman hias setiap harinya. Mulai dari aglonema, sirih, sansivera atau lidah mertua, puring, keladi, pilo, anthurium atau kuping gajah, anggrek dan janda bolong hingga tanaman hias lainnya.

Baca Juga:Kustini-Danang Raih Suara Tertinggi Pilkada Sleman, Ini Respons 2 Rivalnya

"Saya sendiri cenderung jualnya tetap dengan standar harga pasar. Tanaman hias kisaran dari paling murah Rp15 ribu sampai ratusan ribu. Tergantung jenis dan ukuran. Begitu juga kalau tanaman buah Rp25 ribu sampai jutaan juga bisa tergantung kondisi serta besar kecilnya tanaman," terangnya.

Sementara itu penjual tanaman hias dan buah lainnya, Widayat (39) mengatakan yang sama perihal penurunan tren tanaman akhir-akhir ini. 

"Tren memang sudah mulai turun tapi beberapa varietas tertentu tetap tinggi peminatnya. Sekarang yang banyak tanaman landscape untuk taman," ujar Widayat.

Disampaikan Widayat bahwa terhitung sejak awal Desember ini memang permintaan untuk tanaman mulai berkurang. Bahkan tidak hanya bagi penjual tanaman saja, distributor pupuk pun mengeluh karena permintaan berkurang cukup banyak.

"Saya sendiri juga tidak menyediakan pupuk atau media tanam sebanyak beberapa waktu lalu. Lebih sedikit sekarang, kurangnya mungkin bisa sampai 50 persen ada," tuturnya.

Dari penurunan itu juga berpengaruh dengan omzet yang diterimanya. Dikatakan Widayat, jika saat ramai kemarin ia bisa menerima di atas Rp1 juta sekarang hanya bisa menyentuh Rp500 ribu saja. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini