Diborong Ganjar, Deteksi Covid-19 Pakai GeNose Buatan UGM Cuma Rp25 Ribu

"Saya tadi mencoba, sangat simpel hanya dengan meniup napas, dalam waktu 3 menit sudah keluar hasilnya," ungkap Ganjar.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Selasa, 05 Januari 2021 | 16:05 WIB
Diborong Ganjar, Deteksi Covid-19 Pakai GeNose Buatan UGM Cuma Rp25 Ribu
Alat deteksi Covid-19 GeNose buatan UGM - (SuaraJogja.id/HO-UGM)

SuaraJogja.id - Meski izin edar belum lama dikeluarkan, alat deteksi Covid-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose, sudah dipesan sampai 10 ribu unit. Bahkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ikut memborongnya.

Sebanyak 100 unit ia pesan dan nantinya diutamakan untuk digunakan di rumah sakit serta puskesmas. Ganjar mengungkapkan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) akan menggunakan GeNose untuk meningkatkan kapasitas surveillance Covid-19 di provinsi tersebut.

"Saya tadi mencoba, sangat simpel hanya dengan meniup napas, dalam waktu 3 menit sudah keluar hasilnya. Kami mau beli 100, tapi saat ini baru dapat 35," ungkap Ganjar saat menyambangi lokasi produksi GeNose di Science Technopark (STP) UGM, Selasa (5/1/2021).

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo memesan GeNose buatan UGM - (SuaraJogja.id/HO-UGM)
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo memesan GeNose buatan UGM - (SuaraJogja.id/HO-UGM)

Pengadaan GeNose saat ini masih terhambat ketersediaan alat yang terbatas. Alat deteksi ini sendiri baru mendapat izin pada 24 Desember 2020, sehingga jumlah alat yang telah diproduksi belum cukup untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.

Baca Juga:Belum Lama Dapat Izin Edar, Pesanan GeNose Buatan UGM Capai 10 Ribu Unit

Ganjar mengungkapkan, jika kapasitas produksi sudah mencukupi, diharapkan lebih banyak alat GeNose yang dapat diterapkan di puskesmas dan juga fasilitas umum di Jawa Tengah.

"Kalau semua puskesmas bisa, itu bagus sekali. Tempat umum juga, tapi itu prioritas berikutnya karena saat ini produksinya belum banyak," terangnya.

Ganjar mengunjungi STP UGM bersama perwakilan dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah dan RSUP Dr Kariadi Semarang untuk melihat langsung cara kerja GeNose serta aktivitas produksi yang dilakukan.

Ia menyebutkan, langkah Pemprov untuk menggunakan GeNose sebagai keputusan politik yang penting untuk dilakukan agar Indonesia tidak terus menerus bergantung pada alat yang tidak diproduksi di dalam negeri dan berbiaya mahal.

GeNose sendiri dijual dengan harga sebesar Rp62 juta dan bisa digunakan berulang kali dengan menggunakan kantong yang bisa dibeli dengan harga Rp15 ribu. Dengan alat ini, menurut rilis dari UGM yang diterima SuaraJogja.id, Selasa, biaya melakukan deteksi Covid-19 diperkirakan hanya sebesar Rp25 ribu.

Baca Juga:Ganjar Pantau Langsung Pembuatan Alat Pendeteksi Covid-19 Karya UGM

"Saya yakin masyarakat akan mampu jika dianggarkan secara murah, dan jika anak bangsa bergotong royong melakukan donasi, dengan donasi sebesar Rp100 ribu saja sudah membantu 4 orang," kata Ganjar.

Pemerintah, menurutnya, harus berpihak pada karya anak bangsa. Ia berharap, pemerintah dapat menggerakkan daerah-daerah untuk menggunakan alat ini untuk meningkatkan surveillance di tingkat daerah.

"Di kondisi saat ini di mana pandemi terus meningkat, negara harus berpihak. Keberanian pemerintah dalam memutuskan menjadi penting," ucapnya.

Alat deteksi Covid-19 GeNose buatan UGM - (SuaraJogja.id/HO-UGM)
Alat deteksi Covid-19 GeNose buatan UGM - (SuaraJogja.id/HO-UGM)

Senada dengan hal ini, ketua tim peneliti GeNose Kuwat Triyana menuturkan bahwa produksi GeNose diutamakan kepada pemerintah serta perusahaan yang akan memanfaatkan GeNose untuk melakukan deteksi kepada banyak orang.

Hingga 31 Desember, pihaknya telah menerima lebih dari 10 ribu pesanan untuk GeNose. Kapasitas produksi sendiri ditargetkan mencapai 5 ribu hingga 10 ribu di bulan Januari 2021 dan akan ditingkatkan pada Februari mendatang sesuai dengan jumlah permintaan yang masuk.

“Kita tidak merekomendasikan alat ini untuk dimiliki pribadi. Bukannya kita tidak butuh uang, tapi ini kita alokasikan agar dalam sehari alat ini dapat menguji 120 hingga 200 orang, kalau kita punya 10 ribu itu 2 juta orang sehari,” paparnya.

Alat yang sudah memperoleh paten dalam negeri ini, kata dia, memiliki sejumlah perbedaan dengan alat serupa yang sudah dikembangkan di beberapa negara, salah satunya dalam penggunaan kantong penampung napas yang terpisah dari alat GeNose, sehingga mengurangi kemungkinan transmisi virus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini