Selain itu, Heri beserta jajaranya di Desa Glagaharjo terus melakukan upaya untuk menekan angka pengungsi yang pulang ke rumahnya masing-masing. Sosialisasi yang terus dilakukan tidak jarang mendapat respon yang positif dari warga.
"Tidak lama memang pengungsi mau kembali ke barak pengungsian. Untuk lebih meyakinkan warga, kami senantiasa berkoordinasi dengan Puskesmas Cangkringan yang memang menyatakan bahwa wilayah Glagaharjo masih aman dari sebaran Covid-19," tuturnya.
Disebutkan Heri, isu merebaknya Covid-19 di Glagaharjo terjadi pada Sabtu (12/12/2020). Saat itu, beberapa pengungsi khususnya yang memiliki balita langsung memilih untuk pulang ke rumahnya.
Namun setelah berkoordinasi lanjutan dengan Dinkes Kabupaten Sleman dan Puskesmas Cangkringan isu itu tidak terbukti kebenarannya.
Baca Juga:Berstatus Siaga, Merapi Menunjukan Peningkatan Aktivitas
Terkait dengan kejenuhan yang dialami pengungsi, Heri tidak memungkiri hal tersebut. Pasalnya hampir 7 minggu warga harus meninggalkan rumah dan aktivitas sehari-hari untuk tinggal di barak pengungsian.
"Dilema memang tapi kami coba setiap malam untuk datangi dan ajak berkomunikasi. Intinya semaksimal mungkin membuat pengungsi bisa nyaman di sini karena memang belum ada instruksi dari pemerintah untuk kembali ke rumah," terangnya.
Pengungsi jenuh
Kejenuhan para pengungsi diakui oleh Panewu Cangkringan, Suparmono. Tidak sedikit warga yang mengeluh karena kebosanan dengan minimnya aktivitas yang dapat dilakukan di barak.
"Memang tidak dipungkiri pengungsi sudah merasa jenuh. Tapi bagaimana pun tetap kita selalu usahakan supaya bisa bertahan. Kita dibantu oleh relawan yang datang memberi hiburan," kata Suparmono.
Baca Juga:Gunung Merapi Semburkan Material Diduga Lava Pijar
Dijelaskan Suparmono bahwa relawan yang bertugas di sana sudah melalukan berbagai cara untuk membantu mengurangi rasa jenuh pengungsi. Mulai dari menghadirkan pertunjukan seni seperti pentas musik dan tari beberapa waktu lalu, senam sehat untuk lansia, hingga siraman rohani yang rutin diberikan oleh petugas Kantor Urusan Agama (KUA).
Kendati sudah dihibur dengan berbagai kegiatan tadi, Suparmono menyatakan bahwa semua hiburan itu dikalahkan oleh aktivitas beternak. Menurutnya dengan mengurus hewan ternak menjadi salah satu obat pengurang rasa jenuh yang paling ampuh.
"Sekarang sebagian ternak juga telah dipindahkan ke dekat barak pengungsian. Hal itu yang jadi hiburan paling mudah ditemui oleh para pengungsi. Walaupun memang kadang tetap saja ada warga yang naik untuk mencari rumput," terangnya.
Suparmono mengatakan jumlah pengungsi selalu fluktuatif namun masih berada dikisaran angka 220 orang. Jumlah tersebut tercatat lebih banyak dari total kelompok rentan yang mengungsi yaitu 163 orang sedangkan orang dewasa sebanyak 57 orang.
Sementara untuk hewan ternak atau sapi yang telah dievakuasi ke shelter atau kandang sementara sebanyak 166 ekor. Menurutnya sampai saat ini warga masih bersedia mematuhi imbauan pemerintah dengan tetap tinggal di barak pengungsian.
Logistik terus dipantau