Menunggu Gawe Merapi, Begini Cerita Warga Selama Dua Bulan di Pengungsian

Dua bulan lebih warga di lereng Merapi mengungsi dari rumahnya. Sementara situasi di Merapi hingga saat ini masih fluktuatif.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 06 Januari 2021 | 12:07 WIB
Menunggu Gawe Merapi, Begini Cerita Warga Selama Dua Bulan di Pengungsian
Para pengungsi yang menikmati makanan yang telah dibungkus oleh para relawan di barak pengungsian Glagaharjo, Kamis (12/11/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Pemenuhan kebutuhan hidup para warga lereng Gunung Merapi yang hampir dua bulan menetap di barak pengungsian tetap mendapatkan perhatian. Hal itu diperlukan untuk terus menjaga para pengungsi dalam kondisi sehat.

Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Sleman memastikan logistik untuk pengungsi Gunung Merapi yang berada di barak pengungsian Glagaharjo, Cangkringan, Sleman aman hingga awal tahun baru ini.

"Logistik hingga akhir Desember ini masih aman. Dipastikan juga aman sampai awal tahun ini," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman Makwan.

Makwan menjelaskan bahwa kebutuhan dasar masih menjadi yang paling dibutuhkan oleh para pengungsi. Mulai dari makan, air bersih, kesehatan yang terdiribmultivitamin dan segala macam untuk terus menjaga imunitas mereka.

Baca Juga:Berstatus Siaga, Merapi Menunjukan Peningkatan Aktivitas

Selama ini kebutuhan tersebut telah dipenuhi atau dipasok dari pemerintah daerah Sleman tidak hanya melalui BPBD Sleman saja melainkan dengan dinas-dinas terkait lainnya. Artinya semua pihak memang memiliki perhatian yang sama untuk membantu masyarakat di barak pengusian.

Selain dari anggaran yang telah dianggarkan dan diberikan langsung oleh pemerintah daerah sendiri berbagai pihak di luar pemerintahan pun juga turut andil. Dikatakan Makwan, selama ini juga ada donatur yang senantiasa memberikan tambahan bantuan tersebut.

Para petugas mengambilkan makanan untuk para pengungsi. (Suara.com/Angga Haksoro)
Para petugas mengambilkan makanan untuk para pengungsi. (Suara.com/Angga Haksoro)

"Bantuan dari donatur juga terus datang. Jadi para donatur yang mau menyumbangkan atau membantu para pengungsi bisa langsung menyalurkan bantuannya ke posko Balai Desa Glagaharjo. Sumbangannya dipastikan dalam bentuk barang dan kebutuhan dasar," terangnya.

Makwan menyatakan bahwa kebutuhan lansia dan balita sejauh ini semua masih tercukupi dengan baik. Artinya tidak ada kendala yang berarti kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya.

"Lansia dan balita, sejauh ini tercukupi semua tidak ada kendala. Karena memang kebetulan mereka belum terdampak langsung. Hanya langkah ini dilakukan dalam rangka kesiapsiagaan untuk prioritas penyelamatan warga rentan terlebih dulu," tuturnya.

Baca Juga:Gunung Merapi Semburkan Material Diduga Lava Pijar

Tidak dipungkiri Makwan bahwa secara psikologis para pengungsi, selama kurang lebih hampir dua bulan di barak pengungsian rasa kebosanan itu mulai muncul. Namun tentu saja masih perlu diperhatikan bahwa kondisi belum memungkinkan untuk membiarkan mereka pulang.

Jadi sebisan mungkin pihak-pihak terkait senantiasa membuat para pengungsi ini menjadi nyaman kembali di barak pengungsian yang belum bisa dipastikan hingga kapan itu. Menurutnya yang terpenting yakni kesehatannya terpantau dengan baik, kebutuhan lain dan makan tercukupi semua.

"Aktivitas Merapi memang stagnan tapi masih dalam kategori tinggi. Dibuktikan dengan suara gemuruh masih terdengar. Kalau yang punya HT juga bisa memantau kondisi yang ada, atau bahkan perkembanhan aktivitas merapi juga bisa dipantau pada akun youtube BPPTKG," jelasnya.

Terkait dengan beberapa warga yang masih sering untuk kembali ke rumah, Makwan menilai itu bukan sesuatu yang sepenuhnya dilarang. Sebab warga masih mempunyai akses kendaraan dan kemampuan mobilitas yang baik sehingga hal itu dianggap wajar saja.

"Selama hanya menengok ke rumah sementara waktu atau untuk ambil sesuatu di rumah itu tidak masalah. Yang penting terpantau," ucapnya. 

Makwan menambahkan anggaran yang digelontorkan BPBD Sleman untuk logistik mencapai sekitar Rp.400 juta perbulan. Sejauh ini, kata Makwan, dengan anggaran sebesar itu tidak ada keluhan tentang kurangnya logistik di barak pengungsian. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak