SuaraJogja.id - Warga Pedukuhan Palihan, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul mulai resah dengan talut yang ambrol di Jalan Samas. Talut setinggi 3 meter ambrol hingga menyentuh aspal jalan setempat dan membahayakan pengendara saat melintas.
Warga Palihan, Eko (34), menerangkan, ambrolnya talut sepanjang lebih kurang empat meter tersebut terjadi sejak Desember 2020 lalu. Saat itu terjadi hujan terus menerus selama 2 hari.
"Sudah hampir 1 bulan ini tidak ditindaklanjuti. Hanya ditutup terpal agar tidak terjadi longsor lagi, tapi jika tidak segera diperbaiki akan berbahaya jika pengendara melintas," ujar Eko, ditemui SuaraJogja.id, Senin (18/1/2021).
Ia menjelaskan bahwa talut tersebut ambrol sekitar pukul 17.30 WIB pada 14 Januari 2021. Dirinya, yang membuka bengkel di sekitar lokasi, terkejut ketika mendengar suara runtuhan batu ke dalam air.
Baca Juga:Hendak Menepi, 1 Keluarga dalam Mobil Jungkir Balik ke Sungai di Bantul
"Saya kira ada orang tercebur ke sungai. Setelah saya cek, ternyata talut sungai yang longsor. Beruntung saat itu tidak banyak kendaraan yang melintas," ujar dia.
Eko menambahkan, kondisi talut yang tidak diperbaiki itu akan berbahaya saat malam hari. Penerangan yang kurang dapat menyebabkan pengendara tidak melihat longsoran yang terjadi di sisi barat Jalan Samas.
"Ketika malam jalan ini kan gelap ya, jika ada motor atau pengendara mobil dari arah selatan ke utara lalu tidak melihat longsoran, bisa saja terperosok dan jatuh ke sungai," ungkap pria yang sudah 7 tahun membuka usaha bengkel tersebut.
Lokasi longsoran sendiri cukup dekat dengan bahu Jalan Samas. Bahkan tumpukan karung pasir menyentuh aspal jalan tanpa diberi pengamanan.
Warga lainnya, Budi Suharjo (40), mengatakan, hal itu sudah disampaikan ke pihak Kalurahan. Kendati demikian, belum ada tanggapan dan hanya menunggu dari pihak kabupaten atau provinsi.
Baca Juga:Jalan Berlubang Timbulkan Genangan, Warga Banguntapan Minta Pengaspalan
"Sebenarnya sudah disampaikan warga ke kelurahan untuk segera ditindaklanjuti bukan hanya ditutup terpal saja. Jangan sampai talut baru diperbaiki setelah ada korban. Ya kami berharap tidak ada korban yang disebabkan karena talut ambrol itu," ujar dia.
Warga menduga, ambrolnya talut lantaran fondasi bangunan tidak dibuat secara serius, sehingga saat volume air naik, tanah yang tergerus membuat talut ambrol.
"Saat hujan, aliran air di sungai ini lebih deras. Sering sekali talut di sepanjang jalan ini ambrol, mungkin karena pondasinya tidak kuat. Berkali-kali diperbaiki tapi ambrol lagi," jelasnya.
Warga memberi saran untuk ambrolnya talut yang baru saja terjadi dibuat berbentuk seperti tangga. Hal itu mengantisipasi agar talut tidak rusak lagi.
"Kami menyarankan perbaikan talut dibuat seperti tangga. Kami rasa itu lebih kuat. Jadi pihak pembangun juga tidak perlu bolak-balik memperbaiki. Di samping itu jika kami minta untuk diperbaiki, prosesnya juga lama," jelas Budi
Wartawan sudah meminta konfirmasi soal ambrolnya talut tersebut ke Bagian Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum (PU), Perumahan dan ESDM DIY serta Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Bantul. Namun hingga berita ini dinaikkan, belum ada respons dari kedua instansi tersebut.