SuaraJogja.id - Aktivitas erupsi efusif Gunung Merapi masih terus berlangsung. Hal itu ditandai dengan intensnya fenomena guguran lava pijar dan awan panas yang terus muncul.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan dalam aktivitas Gunung Merapi periode pengamatan Selasa (19/1/2021) pukul 00.00 WIB - 24.00 WIB kemarin terjadi 1 kali awan panas guguran. Jarak luncur sejauh 1.800 meter dengan tinggi kolom 500 meter di atas puncak.
"Terjadi awan panas guguran di Gunung Merapi tanggal 19 Januari 2021 pada 02.27 WIB. Awan panas tercatat di seismogram dengan amplitudo 60 mm dan durasi 209 detik. Luncuran sejauh 1.800 meter, dan kolom erupsi setinggi 500 meter, arah luncuran ke hulu Kali Krasak dan Boyong," ujar Hanik.
Dalam pengamatan BPPTKG, saat itu Gunung Merapi terlihat cukup jelas. Asap kawah juga teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah.
Baca Juga:Warga Klaten dan Boyolali Wajib Waspada, Terjadi Hujan Abu Erupsi Merapi
Selain muntuhan awan panas guguran terjadi juga dalam pengamatan periode yang sama guguran lava pijar sebanyak 67 kali dengan jarak luncur 300-900 meter ke arah Barat Daya.
Hanik menyampaikan terkait dengan awan panas guguran hingga data yang tercatat pada Selasa (19/1/2021) kemarin sudah terjadi 10 kali. Awan panas guguran itu terjadi pada tanggal 7 Januari 2021 sebanyak 4 kali.
Lalu disusul pada tanggal 16 Januari 2021 sebanyak 2 kali. Ditambah dengan masing-masing 1 kali pada tanggal 9, 13, 18, dan 19 Januari 2021.
"Kalau dilihat dari jarak luncurnya selama ini paling jauh masih 1800 meter atau 1,8 km, jarak ini termasuk pendek atau kecil. Namun masyarakat tetap harus waspada,” cetusnya.
Sebelumnya Kasi Gunung Merapi, Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso, probabilitas erupsi Gunung Merapi kali ini dominan ke arah erupsi efusif yakni sebesar 40 persen.
Baca Juga:Wedus Gembel Merapi Meluncur, Klaten dan Boyolali Terjadi Hujan Abu
"Probabilitas itu melampaui probabilitas lain yaitu potensi erupsi eksplosif dan kubah dalam yang lantas menurun secara signifikan," kata Agus.
Melalui kesimpulan itu, kata Agus, ditambah memperhatikan erupsi saat ini yang mengarah ke barat daya. Maka potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas.
Potensi bahaya itu bakal berfokus pada sektor Kali Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau sejauh maksimal 3 kilometer dari puncak.
Selain itu kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III juga tetap direkomendasikan untuk dihentikan sementara waktu. Ditambah dengan imbauan kepada pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak dalam kondisi saat ini.
Diketahui hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Siaga (Level III).