Top 5 SuaraJogja: Ahli Forensik Sebut Jenazah Mbah Maridjan Bukan Sujud

Tak kalah viral, ekspresi seorang polisi yang memberhentikan mobil berisi anggota PM ramai komentar kocak warganet.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Sabtu, 13 Februari 2021 | 10:25 WIB
Top 5 SuaraJogja: Ahli Forensik Sebut Jenazah Mbah Maridjan Bukan Sujud
dr Hastry dan Denny Darko menceritakan pengalaman identifikasi jenazah korban erupsi Gunung Merapi tahun 2010. - (YouTube/Denny Darko)

SuaraJogja.id - Seorang wanita ahli forensik pertama di Asia, dr Sumy Hastry Purwanti, mengungkapkan bahwa Mbah Maridjan meninggal bukan dalam keadaan sujud. Di samping itu, Wagub DKI Jakarta Riza Patria mencuri perhatian budayawan Sujiwo Tejo karena menanyakan perbedaan nasi Kapau dan Padang.

Tak kalah viral, ekspresi seorang polisi yang memberhentikan mobil berisi anggota PM ramai komentar kocak warganet. Bukan itu saja, Mendikbud Nadiem Makarim juga ramai disoroti setelah beredar videonya mengajar bahasa Inggris di Papua.

Sementara itu, di perbatasan DIY, sejumlah endaraan dari luar kota terpaksa harus putar balik karena tidak memenuhi syarat masuk DIY. Berikut lima berita terpopuler SuaraJogja.id pada Jumat (12/2/2021) kemarin:

1. Wagub DKI Tanya Beda Nasi Kapau dan Padang, Sudjiwo Tedjo: Kok Cari Bedanya

Baca Juga:Ratusan Kendaraan Lewati Perbatasan DIY, 81 Kendaraan Terpaksa Putar Balik

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Riza Patria beberapa waktu lalu mengunggah foto saat makan bersama dengan Gubernur DKI, Anies Baswedan.

Dalam unggahan di akun twitternya, Riza Patria membuka kicauannya dengan pertanyaan terkait perbedaan antara nasi Kapau dengan Nasi Padang.

Baca selengkapnya

2. Identifikasi Jenazah Mbah Maridjan, dr Hastry Sebut Kondisinya Bukan Sujud

Baca Juga:Identifikasi Jenazah Mbah Maridjan, dr Hastry Sebut Kondisinya Bukan Sujud

Ahli forensik wanita pertama di Asia dr Sumy Hastry Purwanti membagikan pengalamannya saat ikut dalam penanganan bencana Gunung Merapi tahun 2010. Ketika erupsi besar terjadi dan abu sudah mencapai kawasan Muntilan, dr Hastry dihubungi untuk ikut membantu penanganan di Yogyakarta. Saat itu, dr Hastry masih berada di Semarang dan ia ikut mengalami situasi erupsi terbesar selama seratus tahun terakhir tersebut.

Sebelum ke Jogja, dr Hastry sempat berkunjung ke beberapa wilayah lainnya di Jawa Tengah yang juga terkena dampak letusan. Ia menceritakan jika di Jogja lebih banyak korban meninggal dunia. Sebagai dokter forensik, dr Hastry diminta untuk bantu mengindentifikasi mayat korban. Untuk jenazah saat itu dipusatkan di RSUP Dr Sardjito karena memiliki kamar jenazah yang besar dan lebih baik.

Baca selengkapnya

3. Tolak Rapid Antigen di Perbatasan DIY, 9 Kendaraan Luar Kota Putar Balik

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini