Jogja Hujan Es Disertai Angin Kencang, Pohon Tumbang dan Rumah Rusak

Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Reni Kraningtyas mengungkapkan, hujan es di Jogja ini sifatnya sangat lokal dengan radius 2 km.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Rabu, 03 Maret 2021 | 15:12 WIB
Jogja Hujan Es Disertai Angin Kencang, Pohon Tumbang dan Rumah Rusak
Pohon besar di kawasan UGM tumbang saat hujan es di Jogja, Rabu (3/3/2021) siang. - (Kontributor SuaraJogja.id/Putu)

SuaraJogja.id - Hujan es disertai angin kencang mengguyur sejumlah wilayah di DIY, seperti Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, sekitar pukul 13.00 WIB, Rabu (3/3/2021). Akibatnya, beberapa pohon besar di kawasan UGM pun tumbang dan rumah mengalami kerusakan.

"Hujan es jatuh segede jempol. Tiba-tiba pohon besar di dekat kantor tumbang karena hujannya deras ditambah angin kencang," ujar karyawan RSH dr Soeparwi UGM, Rhiana, yang menjadi saksi mata, saat dikonfirmasi, Rabu siang.

Rhiana menjelaskan, dua pohon besar tumbang ambruk di kawasan Fakultas Kedokteran Hewan, sedangkan satu pohon lagi di depan Lapangan Pancasila.

Walaupun sempat kaget, Rhiana bersyukur, pohon tumbang tidak mengenai mobil atau orang yang lewat.

Baca Juga:Hujan Es di Jogja, Butiran Sebesar Satu Ruas Jari Kelingking

Saat ini tim damkar UGM tengah menggergaji pohon ambruk agar tidak menghalangi jalan.

"Sempat kaget karena ada suara "mak grubyuk" waktu hujan es sama angin kencang, takut kalau ada apa-apa. Untungnya tidak ada korban," ungkapnya.

Sementara, Lia, warga Lempuyangan, mengatakan bahwa hujan es dan angin kencang membuat atap rumahnya bocor. Es sebesar kerikil masuk ke rumah karena atap seng rumahnya terlempar saat angin kencang. Listrik di kawasan rumahnya langsung padam.

"Hujan es sampai masuk rumah karena atap seng hilang," ungkapnya.

Berdasarkan data dari Stasiun Klimatologi BMKG, fenomena hujan es terjadi di Turi dan Kota Yogyakarta pada musim hujan dan juga pada saat pancaroba.

Baca Juga:Hujan Es Guyur Sejumlah Titik di Jogja, Jalan AM Sangaji Hingga Area UGM

Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Reni Kraningtyas mengungkapkan, hujan es ini sifatnya sangat lokal dengan radius 2 km, yang disebabkan oleh pertumbuhan awan Cumulonimbus lebih dari 10 km.

Saat udara hangat, lembap, dan labil terjadi di permukaan bumi, maka pengaruh pemanasan bumi yang intensif akibat radiasi matahari akan mengangkat massa udara tersebut ke atas/atmosfer dan mengalami pendinginan.

Setelah terjadi kondensas,i akan terbentuk titik-titik air yang terlihat sebagai awan Cumulonimbus (Cb).

Karena kuatnya energi dorongan ke atas saat terjadi proses konveksi, maka puncak awan sangat tinggi hingga sampai freezing level.

Freezing level ini terbentuk kristal es dengan ukuran yang cukup besar.

"Saat awan sudah masak dan tidak mampu menahan berat uap air maka terjadi hujan lebat disertai es. Es yang turun ini bergesekan dengan udara, sehingga mencair dan ketika sampai permukaan tanah ukurannya lebih kecil," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini