SuaraJogja.id - Hujan dengan intensitas tinggi kembali mengguyur kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bukan hanya butiran air, tampak juga butiran es sebesar biji jagung yang berjatuhan di jalan selama hujan berlangsung. Sudah beberapa kali terjadi, fenomena hujan es disebut lumrah terjadi selama musim panacaroba.
Akun Instagram @wondefuljogja membagikan video dari salah seorang warganet yang mengabarkan terjadinya hujan es di kawasan Jalan Lowanu. Dari kolom komentar sendiri turut diketahui jika hujan es juga turun di berbagai kawasan di Jogjakarta. Seperti di Jalan Sorogenen, Krapyak dan Celeban.
Dalam video yang dibagikan, nampak atap bangunan berwarna hitam yang tengah diguyur hujan lebat. Bukan hanya dikeroyok tetesan air, nampak juga butiran-butiran es sebesar biji jagung yang turun bersama dengan hujan. Akibatnya, terdengar suara yang cukup keras di atap bangunan setiap butiran es jatuh.
"[HUJAN LEBAT + ES] Terpantau kawasan jalan Lowanu hujan lebat disertai es. Bagaimana ditempat kalian lurs?," tulis akun @wonderfuljogja dalam keterangannya.
Baca Juga:Hujan Es Terjadi di Way Kanan, Ini Kata BMKG
Sejak diunggah Rabu (10/3/2021), video atap bangunan yang kejatuhan butiran es dan hujan lebat ini sudah dilihat lebih dari 16 ribu kali. Dari sekian banyak komentar, kebanyakan menyampaikan informasi mengenai daerah mana saja yang mengalami fenomena serupa.
Sementara itu, akun Twitter @Jogja_Uncover menegaskan melalui utasnya, jika fenomena tersebut lumrah terjadi selama musim pancaroba. Disampaikan jika hujan normal di daerah tropis dapat berubah menjadi bongkahan es karena pencairan yang tak sempurna.
"Hujan es biasa terjadi pada daerah hujan yang terbentuk oleh awan Comulonimbus dalam jumlah dan sifat yang padat, pembentukannya melalui proses kondensasi yang seringkali berjalan dengan tidak normal," tulis akun @Jogja_Uncover.
Akibat dari jarak awan dengan permukaan yang rendah, akibatnya uap air yang ada dalam awan tersebut tidak mencair dan turun ke permukaan dalam bentuk masih mengkristal atau yang lebih dikenal sebagai hujan es. Fenomena ini cenderung terjadi pada musim pancaroba.
Yakni pada musim peralihan dari musim hujan menuju ke kemarau atau sebaliknya. Sebab, pada masa pancaroba musim bisa berubah dengan cepat dan tiba-tiba. Hujan es juga bisa terjadi karena awan pembawa hujan yang sangat tebal terdorong ke tempat yang tinggi di titik beku bersuhu mencapai 0 celcius berada di ketinggian lebih dari 5 -10 km diatas permukaan laut.
Baca Juga:Tiba-tiba Kalimantan Hujan Es, BMKG Kasih Penjelaskan Mengejutkan
"Massa uap air yang dibawa oleh awan ini mengalami penurunan suhu udara secara tiba-tiba sehingga uap air di awan membeku. Saat beban es-nya terlalu besar, maka akan turun menjadi hujan es yang belangsung sesaat dengan disertai guyuran hujan lebat, dengan suhu yang dingin," tulis akun @Jogja_Uncover.
Karena berbentuk bongkahan es, maka massa turunnya ke permukaan bumi menjadi sangat cepat. butiran es dengan dengan diameter 1 cm, memiliki kecepatan 34 km/jam dan untuk butiran es dengan ukuran 5 cm atau lebih, kecepatannya bisa mencapai 240 km/jam.
Jika hujan es yang turun masih berukuran kerikil maka tidak menyebabkan bahaya. Namun, jika bongkahan yang turun berukuran besar maka dapat menimbulkan bencana. Peristiwa tersebut pernah terjadi di Kabupaten Agam pada tahun 2014 lalu dan Kabupaten Puncak Jayawijaya.
Akibat dari bongkahan es yang turun dalam ukuran besar menyebabkan beberaoa atap rumah rusak dan beberapa orang bahkan kehilangan nyawa. Oleh karenanya, warga Jogja dihimbau untuk tidak keluar rumah ketika hujan es tengah berlangsung.
"Fenomena hujan es di daerah tropis seperti kota Jogja meski jarang tapi bisa turun kapan saja, biasanya sebagai tanda masa transisi musim pancaroba atau peralihan musim hujan ke musim kemarau dan juga saat puncak musim hujan," tutup akun @Jogja_Uncover.
Terakhir, disampaikan jika hujan es datang bersama dengan angin yang kencang bisa memicu datangnya angin puting beliung. Hal tersebutlah yang disebut dapat menyebabkan bencana dan masuk ke dalam kategori cuaca ekstrim.