SuaraJogja.id - Tradisi labuhan merapi kembali digelar di tengah situasi pandemi Covid-19 dan status gunung Merapi yang masih siaga.
Gelaran labuhan merapi digelar oleh Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat dalam rangka memperingati tingalan jumenengan dalem atau dipahami sebagai ulang tahun kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada labuhan merapi kali ini digelar secara terbatas. Hanya ada sebanyak 30 abdi dalem keraton dan para pendamping juru kunci saja yang bisa menyerahkan ubarampe labuhan merapi ke Bangsal Sri Manganti.
"Iya betul. Jadi mengingat saat ini masih masa pandemi Covid-19 dan juga kondisi Gunung Merapi yang masih Siaga [Level III]. Jadi yang bisa naik dan diwajibkan naik hanya orang 30 orang [abdi dalem] saja. Selain itu tidak boleh naik," kata Juru Kunci Merapi Mas Wedana Suraksohargo Asihono atau akrab dipanggil Mas Asih, kepada awak media, sebelum prosesi labuhan dimulai, Senin (15/3/2021).
Baca Juga:Banjir Lahar Hujan Merapi Penuhi BOD VII dan 4 Berita Terpopuler SuaraJogja
Ubarampe itu sendiri berupa kain yakni yang disebut sinjang cangkring, sinjang kawung kemplang, semekan gadhung, semekan gadhung melati, semekan banguntulak, kampuh poleng ciut, dhestar daramuluk, paningset udaraga Masing-masing kain tersebut sejumlah satu lembar.
Ubarampe tersebut sudah tersusun rapi dan dimasukkan ke dalam peti berwarna merah dengan ukuran sekitar 30 x 15 sentimeter.