"Sekarang sudah jadi banyak banget, sampai pindah-pindah kantor. Jadi yang ngantor itu sekarang ada 15 orang dan ditambah operasional menjadi 32 karyawan saat ini. Belum termasuk yang outlet, berarti 38 orang," ungkapnya.
Namun selain pandemi, kata Intan, pembentukan tim untuk lebih solid itu juga menjadi tantangan tersendiri. Jika di awal hanya ada beberapa nama-nama saja.
Seiring dengan perkembangan usaha tersebut tentu dibutuhkan tambahan tenaga. Maka dengan tim yang lebih besar itu tentu akan ada effort atau usaha lebih untuk membangun tim agar tetap solid.
Omzet Ratusan Juta Perbulan
Baca Juga:Prakiraan Cuaca Jogja Hari Ini, Minggu 25 April 2021
Ditanya mengenai modal awal berdirinya Dawet Kemayu, Intan mengakui memang cukup besar. Setidaknya ia bersama timnya membutuhkan Rp200 juta untuk membuka langsung 10 outlet.
"Modal awalnya gede, cuma saya partneran menggunakan investor juga. Jadi modalnya bukan untuk yang branding, kalau itu saya modal sendiri. Tapi untuk membuat 10 titik pertama, seolah franchise tapi under management. Jadi saya yang mengelola," paparnya.
Skema itu bukan tanpa alasan dilakukan oleh Intan. Menurutnya langkah itu dijalankan untuk membangun kepercayaan calon mitra-mitra lain.
Intan menilai dengan sudah mempunyai beberapa outlet terlebih dulu, bukan tidak mungkin ia dan tim akan lebih mudah untuk promosi terkait dengan franchise.
Disinggung mengenai omzet Dawet Kemayu dengan modal yang besar tadi, Intan menyatakan saat ini sudah berjalan secara lumayan. Terlebih dengan ada beberapa pemasukan mulai dari penjualan franchise, reorder bahan baku dari para mitra hingga penjualan outlet.
Baca Juga:12 Warga Wadas Ditangkap, Petang Ini LBH Jogja Datangi Mapolres Purworejo
Lebih lanjut, untuk outlet saja sekarang perbulan bisa mencapai Rp36 juta perbulan. Bahkan di bulan Ramadhan seperti saat ini omzet tersebut meningkat hingga 50 persen atau menjadi sekitar Rp50 juta.
Belum ditambah dari franchise yang jika diambil untuk harga tengah-tengah bisa mengantongi omzet Rp120-Rp170 juta rata-rata perbulan. Tidak lupa dengan bahan baku yang menyumbang omzet tertinggu yakni bisa mencapai Rp200 juta perbulan.
"Sekarang omzet perbulan rata-rata kalau ditotal Rp350 juta lebih," kata Intan.
Omzet yang besar itu sejalan dengan produksi yang juga besar. Bahkan tidak dipungkiri bahwa timnya pun hingga kewalahan dalam memproduksi dawet ini.
Setidaknya sehari diperlukan 35 kilogram cendol, 140 kilogram brown sugar dan 60 kilogram krimer. Jika dikalikan secara keseluruhan maka pada hari normal biasa sebelum ramadhan bisa membutuhkan Rp. 300 kilogram bahan perhari.
"Kalau ramadhan meningkat hampir 100 persen atau dua kali lipat yakni menjadi 500an kilogram lebih dalam sehari yang kita sediakan bahan untuk mitra," terangnya.