"Kalau ini tuh tiga jam. Kami bercandanya gini, barang kami ini produk tiga jaman, artinya dengan kekuatan yang diberikan masa gunanya bisa panjang dan juga tiga jam saja sudah bisa dipakai," ungkapnya.
Terkait dengan bentuk pavling sendiri memang diakui Tri karena keterbatasan mesin cetakan yang saat ini digunakan. Selain juga memang bentuk pavling yang ada di pasaran.
"Kalau misalnya ada yang bisa support bikin cetakan yang besar dengan alat yang memadahi tentunya kita juga pengen bikin yang besar. Ini hanya keterbatasan alat," ujarnya.
Tri tidak memungkiri bahwa kendala utama penelitian selama lima tahun hingga saat ini terkait pengolahan limbah plastik ini adalah pendanaan. Terlebih ia dan tim yang berangkat dari eksperimental riset membutuhkan berbagai macam bahan untuk percobaan.
Baca Juga:Inspiratif! Pria Buleleng Sulap Sampah Plastik Jadi Karya Bernilai Tinggi
Pihaknya mengharapkan ada respon baik dari semua pihak. Tidak hanya oleh pemerintah daerah saja tapi juga masyarakat. Dalam artian masyarakat juga turut peduli dengan lingkungan terlebih dalam pemanfaatan limbah plastik tersebut.
"Artinya kalau semen itu ada yang jual dan bisa beli di toko. Kalau plastik itu kan tujuannya sampah plastik harus dikumpulkan. Nah sekarang kalau hanya pemerintah tapi masyarakat juga ngga full support ya gimana mau ngumpulinnya juga," jelasnya.
Tri menambahkan untuk menjadi skala industri yang besar, pihaknya masih perlu satu tahapan lagi. Terkait dengan mesin yang saat ini sudah ada, yang sudah terintegrasi satu demi satu.
"Artinya ini mesin masih skala kecil dan satu-satu terintegrasi. Kalau memang mau support ya ayo tidak masalah tapi tetap ada tahapan yang tidak bisa dilompatin. Banyak juga yang sudah tertarik sebenernya," tandasnya.