"Betul sekali..sama apa yang gw rasain, waktu gw ke Jogja makan pecel lele pinggiran malioboro sambel sama lalapnya nggak include jadi harus bayar 15 ribu trus nasi lelenya 27 ribu jadi total 42 ribu," kata david*****
"2012 saya dari kalimantan berlibur ke jogja dgn ortu. Makan lalapan juga. Tapi harga dinaikkan. Otomatis kami protes, karena kami memang paham dicurangin wkwkwk. Tapi itu hanya beberapa penjual... karena habis itu kami makan juga ditempat lain, dan harganya standard," tulis dio*****
"Oknum di semua tempat wisata manapun ad mb, Mkanya pinter2 qt cari mkan di kampung org, bnyk nanya sm kanan kiri," ucap cie*****
"Makan di resto ngk protes y, padahal yg di makan sama, ada nasi, ad lauknya, ada air minumnya," kata arif****
Baca Juga:Profil Umbu Landu Paranggi: Presiden Malioboro Meninggal di Usia 77 Tahun
"Di lesehan jogja sekarang sudah tercantum harga nya utk kawasan malioboro .kalo tdk ada lbh baik jgn beli. Laporin ada petugas kok di malioboro," jelas sult****
Sebelumnya, kasus harga makanan di Jogja yang mahal terutama di kawasan Malioboro sempat jadi perhatian pemkot Kota Jogja.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro, Ekwanto menegaskan akan memberikan sanksi tegas terhadap pedagang kaki lima di kawasan malioboro yang memberi harga mahal di atas kewajaran.
"Jangan coba-coba memberi harga di atas kewajaran. Tahun lalu sudah berjalan dengan baik. Harapannya tahun ini pun pedagang kaki lima memiliki kesadaran sama," ucapnya pada 2019 lalu.
Ia menyebut kala itu, apabila ditemukan PKL di Malioboro yang nakal dengan memberikan harga di luar batas kewajaran akan dapat sanksi berupa larangan untuk berjualan. Sebab jika ini dibiarkan akan memberi citra buruk terhadap pariwisata Jogja.
Baca Juga:Presiden Penyair Malioboro, Umbu Landu Paranggi Tutup Usia
"Jadi jangan membuat citra malioboro khususnya menjadi buruk. Seluruh pelaku wisata di malioboro harus saling membantu untuk menjaga citra kawasan dengan memberikan pelayanan terbaik," tegasnya.