Mengenal Difabel Zone, Pengrajin Batik di Bantul dengan Skala Internasional

Selama beberapa tahun membangun Difabel Zone, yakni sejak tahun 2017, Wina mengatakan bahwa dirinya suka berada di antara penyandang disabilitas.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Senin, 31 Mei 2021 | 08:15 WIB
Mengenal Difabel Zone, Pengrajin Batik di Bantul dengan Skala Internasional
Anggota difabel zone sedang membatik untuk produk yang akan dijual Minggu (30/5/2021). - (SuaraJogja.id/Mutiara Rizka)

SuaraJogja.id - Matahari bersinar terang menghasilkan terik siang yang panas menimpa kulit. Setelah beberapa kali bertanya arah dan mengandalkan peta digital, akhirnya sampai di sebuah rumah sederhana dengan banner besar bertuliskan 'Difabel Zone'. Lengkap dengan logonya seorang manusia yang duduk di atas kursi roda.

Sampai di pekarangan rumah yang digunakan untuk menjemur padi, disambut pula dengan sekelompok difabel yang tengah menjalani aktivitas mereka sebagai pengrajin batik. Beberapa penyandang tuna daksa nampak duduk berlesehan di lantai yang dingin sambil memegang selembar kain dan canting berisi malam.

Dari beberapa orang yang tengah menorehkan lilin di atas pola kain batik, mereka semua memiliki cara tersendiri dalam membatik. Entah dengan tangan kanan atau tangan kirinya. Bahkan, ada juga yang menggunakan kaki untuk menuangkan lilin yang panas di atas garis-garis halus dari pensil.

Anggota difabel zone sedang membatik untuk produk yang akan dijual Minggu (30/5/2021). - (SuaraJogja.id/Mutiara Rizka)
Anggota difabel zone sedang membatik untuk produk yang akan dijual Minggu (30/5/2021). - (SuaraJogja.id/Mutiara Rizka)

Seorang wanita bernama Lidwina Wurie dikenal sebagai pendiri komunitas tersebut. Bukan hanya merangkul penyandang disabilitas, Difabel Zone didirikan sekaligus untuk membuka lapangan kerja dan melatih kemandirian. Menurutnya, lapangan kerja bagi difabel masih sangat terbatas.

Baca Juga:Dikabarkan Hilang, Seniman Jogja DItemukan Tewas di Bengawan Solo

Dengan begitu, melalui komunitas ini, perempuan yang akrab disapa Wina itu mengatakan harapannya agar bisa memberikan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas. Terutama, difabel yang berada di usia produkti, Wina ingin memberikan kesempatan untuk berkarya dan bekerja.

"Lapangan kerja yang bisa menampung teman-teman difabel masih terbatas sehingga berharap komunitas ini bisa memberikan kesempatan kerja sekaligus menjadi wadah untuk teman-teman difabel bisa mandiri dan berkarya mengingat beberapa difabel adalah usia produktif," ujar Wina saat dihubungi, Minggu (30/5/2021).

Nama Difabel Zone disematkan dalam komunitas itu dengan tujuan agar bisa lebih mudah ditemukan oleh sesama penyandang difabel, sehingga mereka bisa merasa solid, senasib sepenanggungan, sebab semua pembatik di tempat itu merupakan difabel.

Wina sengaja merangkul penyandang difabel lantaran menilai difabel, dengan kategori sedang ke berat, sangat terbatas mobilitasnya. Mereka juga disebut rentan cedera, sehingga keterampilan membatik dinilai cukup sesuai untuk mereka. Meskipun hal tersebut juga dilakukan dengan gerakan dan fisik yang terbatas.

Selama beberapa tahun membangun Difabel Zone, yakni sejak tahun 2017, Wina mengatakan bahwa dirinya suka berada di antara penyandang disabilitas. Ada banyak pembelajaran hidup yang membuat kebahagian dan rasa syukur yang sesungguhnya lebih terasa.

Baca Juga:Mensos Risma Beri Motor Roda Tiga ke Remaja Difabel di Pekalongan

"Melihat teman-teman lebih percaya diri dan optimis melihat masa depan membawa kesukaan tersendiri," ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak