Imbas PPKM, Bantul Kehilangan Pendapatan Asli Daerah Miliaran Rupiah

Sektor pariwisata di Bantul terdampak parah akibat pandemi

Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Jum'at, 30 Juli 2021 | 14:30 WIB
Imbas PPKM, Bantul Kehilangan Pendapatan Asli Daerah Miliaran Rupiah
Suasana Hutan Pinus Mangunan, Kapanewon Dlingo, Bantul sepi pengunjung akibat pemberlakuan PPKM level 4 sampai 2 Agustus 2021. (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono).

SuaraJogja.id - Sektor pariwisata salah satu sektor yang terdampak kebijakan PPKM darurat dan PPKM level 4. Selama pelaksanaan PPKM level 4 semua tempat wisata ditutup.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, Kwintarto Heru Prabowo menuturkan,  sebelum diberlakukan PPKM darurat dan PPKM level 4, obyek wisata di Bantul sudah ditutup selama dua minggu. Penutupan dilakukan menyusul tingginya kasus Covid-19 di Bumi Projotamansari.

"Kasus Covid-19 bertambah banyak sehingga sebelum ada PPKM sudah ditutup sesuai instruksi bupati," ujarnya kepada SuaraJogja.id, Jumat (30/7/2021).

Dengan adanya PPKM tersebut maka obyek wisata di Bantul sudah tutup selama 1,5 bulan. Dampaknya, pendapatan asli daerah (PAD) yang bernilai miliaran hilang.

Baca Juga:Panitia Kurban Diduga Tak Jujur, 23 Orang di Bantul Positif Covid-19

"Sebelum ada pandemi dalam waktu sebulan PAD bisa mencapai Rp2-3 miliar. Saat ada pandemi, turun menjadi Rp2 miliar. Kurang lebih segitu yang hilang," jelasnya.

Selain itu, dia juga menyinggung soal wisatawan yang tidak membelanjakan uangnya (spending of money) lantaran tidak bisa pergi berwisata. Dengan asumsi, dalam waktu sebulan terdapat satu juta orang yang berkunjung.

"Semisal satu orang membelanjakan Rp10 ribu dan ada satu juta wisatawan, artinya uang sebesar Rp10 miliar hilang," terangnya.

Menurutnya, uang yang dibelanjakan oleh wisatawan berputar di pelaku wisata seperti penjual souvenir, hotel, jasa transportasi, rumah makan, dan pulsa. Sehingga pelaku wisata tidak bisa mencari uang sebab tempat tetap ditutup.

"Dengan demikian kalau dibandingkan dengan PAD yang tidak masuk ke kas daerah maka jumlah spending of money yang hilang jauh lebih besar," kata dia.

Baca Juga:Kasus Covid-19 di Bantul Masih Tinggi: Epidemi Penularan Sudah Tidak Terkendali

Sebelum ada pandemi Covid-19, sambung Kwintarto, rata-rata kunjungan wisatawan per bulan bisa kurang lebih 800 sampai 1 juta orang.

"Berarti kalau spending of money per wisatawan Rp50 ribu ya ada Rp40 miliar yang tidak didapat oleh pelaku wisata. Spending of money itu bentuk sirkulasi uang yang berputar di Bantul," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini